Minggu, 13 Agustus 2017

THARIQAT AL JUNAIDIYAH

PERKEMBANGAN THARIQAT AL JUNAIDIYAH  DI INDONESIA

Al Junaidiyah adalah nama sebuah Tarekat Sufi yang dinisbahkan kepada  Abu  Qasim al Junaidi al Bagdadi. Tarekat  Sufi al Junaidiyah ini dibawa masuk ke Indonesia oleh KH, Kasypul Anwar Firdaus  bin Muhammad  Shaleh sebelum tentara Jepang  datang ke Indonesia. Dan dikatakan orang
 bahwa ia mengambil Tarekat Qaum  ini tahun
 1935M/1353H dari seorang Syekh yang bernama Sayyid Umar Bajunaidi asal Negeri Magribi sehabis   menunaikan  Ibadah Haji, tempat pengambilan Bay’ah dan  Talqin  Dzikir di depan  Ka’bah. 
Istilah al Junaidiyah adalah nama sebuah aliran  tarekat sufi untuk pengikut pengikut  Abu Qasim al Junaid al Bagdadi. Ia seorang  yang pada masanya 
dijuluki sebagai  “TAWUS AL ULAMA”  atau   Merak   para  Ulama.
Merak  adalah  nama seekor  burung yang  sangat  cantik, indah, unik sangat mahal harganya dan sangat sulit dicari sehingga ia ditasyabbuhkan  keseekor burung  Merak.  Abu Qasim al Junaid al Bagdadi adalah pemimpin mazhab ini dan imam dari semua para Sufi.  Ada yang menyebutnya pemimpin sufi Mazhab Irak. Ia menjadi tokoh penting dikalangan para Sufi di Bagdad dan menjadi poros dalam sejarah tasawuf awal. Istilah al Junaidiyah adalah menunjukkan nisbah yang kuat bahwa al Junaid  di pandang tokoh kunci dalam  aliran-aliran tasawuf dan terekat sufi yang berkembang sesudahnya.
Berdasarkan basis penyebarannya  al Junaidiyah merupakan sufisme aliran tarekat Mesopotamia yang berpusat di Bagdad, daerah penyebarannya  meliputi Syiria, Mesir masuk ke Iran hingga  masuk ke Indonesia (pulau Kalimantan). Alur-alur penyampaiannya  bermula dari Syekh Ma’ruf al Karkhi,  menuju  Sirri as Saqati, al Junaid al Bagdadi  terus ke Imam as Syibli dan Qadli Ruwaim. Qadli Ruwaim terus hingga ke Imam as Sya'rani dan Imam as Syibli terus ke Imam Qusyairi  hingga Syekh Muhammad az Zahidy al Wakhshi w.936H. Hal ini dapat  dilihat  dari  Silsilah  tarekat al Junaidiyah itu sendiri. Mesopotamia  adalah  tradisi  yang  paling dekat  dengan  sufisme Arab. Dijumpai  ada dua aliran utama  yang  konsisten dengan  tradisial  Junaidiyah yakni  aliran  Suhrawardiyah dan  aliran Rifa’iyah.

Tradisi  Junadiyah  banyak  dianut  Kaum  Sufi yang hidup  sesudah Imam al Junaid, dan Imam al Sya’rani  pengarang  Kitab Anwar al Qudsiyah  memuji  jalan al Junaid, sebab menurutnya, tradisi  Junaidiyah  memenuhi  persyaratan  hukum  dan  diterima di dunia Islam. Ini  memungkinkan bahwa  salah  satunya  karena  tasawuf  aliran  al Junaidiyah  ini mengikuti  ajaran tasawuf Syekh al Junaid sendiri.

Ajaran Tasawuf Syekh al Junaid bertolak dari dasar  Islam ( al Qur’an dan al Hadis) dan bertumpu pada penegakkan  sya’riat  secara  konsisten.  Hal ini  tampak  jelas  dalam  kehidupan  dan pelajaran –pelajaran  yang diberikan Syekh al Junaid  kepada  murid-muridnya.
Imam Abdul Wahhab al Sya’rani dalam  kitabnya Tanbihu al Mugtarin  mengatakan  bahwa  Abu Qasim al Junaid al Bagdadi  berkata

قال الشيخ الإمام أبو القاسم الجنيد البغدادى : مذهبنا هذا مقيد بأصول الكتاب والسنة, ويقول أيضا : من لم يحفظ القرأن ولم يكتب الحديث لا يقتدى به هذا فى هذا الأمر لأن هذا مقيد بالكتاب والسنة.

Artinya : Telah berkata Syekh Imam Abu Qasim Al Junaid al Bagdadi, :"Aliran Mazhab kami ini, telah dikat kuat dengan kitab al Qur'an dan  al Sunnah Nabi Saw. Dan dikatakannya pula " Barang siapa yang tidak memelihara al Qur'an dan  dan tidak menulis al hadis Nabi Saw, maka jalan ajaran tidak boleh diikuti dalam perkara (tarekat) sebab mazhab ini diikat oleh al Qur'an dan  al Sunnah.
Berkata Imam Abdul Wahhab al Sya’rani dalam  kitabnya "MADARIJUS SALIKIN" Imam Junaid al Bagdady berkata :

كان الجنيد يقول : من علامة صدق المريد عدم ميله الى غير طريقتى وإذا أراد الله بمريد خيرا أوقعه إلى الصوفية ومنعه صحبة الفقهاء وأهل الجدال.

Artinya : Telah berkata Syekh Imam Abu Qasim Al Junaid al Bagdadi, :"Sebahagian dari tanda benarnya seorang murid itu, ketiadaan cendrung hatinya selain pada jalanku. Apabila Allah menghendaki akan seorang murid akan kebaikan niscaya menjatuhkan hatinya bersahabat orang sufi dan menegah bersahabat dengan fuqaha dan orang suka berdebat".
B. Dasar-dasar Tasawuf al Junaid al BagdadiAdapun dasar-dasar pemikiran al Junaid al Bagdadi tentang tasawuf adalah sebagai berikut :
Pertama : Seorang Sufi harus meninggalkan kelakuan dan sifat-sifat yang buruk dan menjalankan budi pekerti yang baik, sesuai dengan ajaran-ajaran tasawuf yang selalu menganjurkan sifat-sifat baik dan meninggalkan budi pekerti yang jelek.Kedua : Ajaran tasawuf adalah ajaran-ajaran yang dapat memurnikan hati manusia dan menganjurkan hubungan baik dengan makhluk lain. Ajaran tasawuf selalu mengajarkan untuk meninggalkan sifat-sifat alamiah yang bisa merusak kesucian jiwa, menahan manusia dari godaan jasmani, mengambil sifat-sifat ruhani, mengingatkan diri pada ilmu hakekat, dan mengingat Allah Swt dan Rasul Saw.

Ketiga :  Memalingkan perhatian dari urusan duniawi kepada urusan ukhrawi. Bagi orang beriman meninggalkan pergaulan dari sesama manusia masih lebih mudah dan berpaling kepada Allah sulit.Ternyata berpaling dari nafsu lebih sulit lagi. Untuk itu melawan nafsu adalah sangat penting untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hal ini, Syekh Hujwiri mengutip bahwa al Junaid pernah ditanya, "Apakah persatuan dengan Tuhan ?" Dia menjawab, "Meniadakan hawa nafsu,"karena di antara semua tindakan ibadah yang diridhai Tuhan, tiada yang lebih besar nilainya daripada menundukkan hawa nafsu. Menghancurkan gunung lebih mudah bagi seorang manusia dari pada menundukkan hawa nafsunya."
Keempat : Manusia harus berpegang teguh kepada tauhid, termasuk dalam bertasawuf. Arti tauhid menurut Syekh al Junaid adalah mengesakan Allah Swt dengan sesempurna –Nya. Bahwa sesungguhnya Allah Swt itu esa, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, tidak berbilang, berjumlah dan tidak pula tersusun, dan tak satupun yang menyerupai Nya. Dia Maha Mendengar, Dia Maha Melihat dan Maha Tunggal ………… dan seterusnya.
Kelima : Seorang Sufi harus bisa melakukan tiga syarat amalan, yaitu :
a.       Melajimkan dzikir disertai muraqabah bil batin bersama  kesadaran yang penuh.
b.      Mempertahankan tingkat kesadaran/ ketenangan (Najwan) yang tinggi.
c.       Selalu melaksanakan Syari’at secara tepat dan ketat.
Tasawuf  bagi al Junaid, tidak lain adalah  budi pekerti yang baik dan meninggalkan budi pekerti  yang buruk.  Baik dan  buruknya  sesuatu  diukur  dengan  syari’at, karenanya  tasawuf harus berdasarkan  Syari’at.  Dokrin  ini  berlaku  dikalangan  mazhab  aliran  tarekat  al Junaidiyah.
Junaidiyah  juga  menganut  pandangan  tentang  kemurnian  hati, menekan hawa nafsu jasmani  dan  berpegang  pada   ilmu   hakekat.   Hal  ini  dirujuk  dari  pandangan Syekh   al Junaid  yang menyatakan bahwa  tasawuf  adalah  memurnikan hati  dalam  berhubungan  dengan  makhluk lain, meninggalkan  sifat alamiah,  menekan  sifat-sifat  buruk  manusia, menghindari  godaan  jasmani, mengambil   sifat-sifat   ruhani,   mengikat  diri  pada   ilmu  hakekat, selalu  dzikrullah  mengikuti  sunnah  Rasulullah.
Junaidiyah mengajarkan bahwa segala jalan yang dilalui para Sufi seluruhnya tertutup kecuali jalan yang telah ditetapkan Allah melalui jalan Rasulnya. Dengan kata lain, bahwa mazhab tasawuf aliran tarekat Junaidiyah memegang teguh ajaran-ajaran yang berdasarkan pada Al Qur,an dan Sunnah Rasulullah Saw dalam mewujudkan segala keseimbangan antara lahir dan batin, antara hakekat dan syari’at, antara ilmu dan amal saleh.

                Bagi Junaidiyah, tasawuf yang meninggalkan syari’at adalah tercela dan tidak bisa diikuti. Pada masa Syekh al Junaid sudah ada kalangan tertentu dalam lingkungan Sufi yang bertingkah laku tidak mengikuti syari’at, karena mengganggap dirinya sebagai sufi yang sudah sampai pada maqam yang tertinggi dan tidak memerlukan syari’at lagi. Ketika masalah ini ditanyakan kepada Syekh al Junaid, ia menyatakan bahwa orang yang berbuat zina dan mencuri lebih baik dari pada orang-orang yang berbuat demikian. Karena itu, Syekh al Junaid menganggap amat mendasar bahwa sufi sejak menempuh tingkat  permulaan sampai tingkat tertinggi, tetep berpegangteguh kepada al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw

Kalangan Junaidiyah juga berpegang teguh pada pandangan al Junaid yang mengatakan bahwa “ Amaliah seorang Sufi harus melaksanakan tiga rukun amal  :
1.   Melajimkan dzikir yang tidak pernah berhenti bersama himmah dan kesadaran yang penuh.
2.   Mempertahankan tingkat kegairahan (Wajd) yang tinggi.
3.  Selalu melaksanakan Syari’at secara tepat dan ketat.


       A.      Rijal Silsilah at Thariqah al Junaidiyah
Semestinya bagi seorang murid tarekat qaum al Junaidiyah mengenal, mengetahui nasab turunan guru-gurunya dan mengetahui kaum laki-laki yang menjadi nasab silsilahnya dari Mursyidnya atau Gurunya tempat mengambil ijazah dan bai'at sampai dengan Nabi Saw.
SILSILAH AL THARIQAH   AL JUNAIDIYAH

BAB.  I
JALAN MENUJU ALLAH SWT PADA  THAREQAT AL JUNAIDIYAH
(الجنيدية طريقة وصولة إلى الله سبحانه وتعالى)
A.     Rahasia Mengenal Sanad Silsilah Thareqat al Junaidiyah
1.      Pengertian Sanad
Pengertian sanad secara itimologi /bahasa. Kata sanad berasal dari bahasa Arab, sanad bermakna lereng bukit atau sesuatu yang dibuat sandaran. Adapun pengertian istilah  kata sanad semakna dengan kata silsilah adalah rentetan mata rantai matan atau redaksi suatu informasi yang terdiri dari beberapa orang yang meriwayatkan yang bersambung-sambung.
Sanad adalah silsilah atau mata rantai yang menyambungkan dan menghubungkan sesuatu yang terkait dan bertumpu kepada sesuatu yang lain. Dalam kacamata tasawuf, sanad keilmuan, amalan dzikir dan ketarekatan adalah bersambungnya ikatan bathin kepada guru-guru dan mursyid.Jadi, dalam sanad ini, terkandung aspek muwashalah (hubungan dan ketersambungan) satu pihak dengan pihak yang lain, akibat mengambil dan memberi. Sistem sanad merupakan salah satu mekanisme pencarian ilmu dan pengetahuan yang sempurna. Karena setiap pengetahuan yang dipindahkan itu dapat dipertanggungjawabkan otensitas dan keabsahannya melalui rantaian periwayatan setiap perawi. (1- Artikel ahlulbaitrasulullah.blogspot.com › Fiqih  tgl.10 Maret 2013)
2. .Pengertian Tarekat
Pengertian Tarekat secara itimologi /bahasa. Kata Tarekat diambil dari bahasa Arab,  berasal dari kata ‘thariqah’ yang artinya ‘jalan’. Jalan yang dimaksud di sini adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa, menjadi orang yang diredhoi Allah s.w.t.
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف فى سنة   203 – 2006 ملادية
Adapun pengertian secara istilah  praktis tarekat adalah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa seseorang untuk menjadi orang bertaqwa. Pada pengertian ini tarekat terbagi kepada 2 macam, yaitu tarekat wajib dan tarekat sunat. tarekat wajib, yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang sudah balik dan mampu. tarekat wajib yang utama adalah mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan wajib ini insya Allah akan membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa yang dipelihara oleh Allah. Paket tarekat wajib ini sudah ditentukan oleh Allah s.w.t melalui Al-Quran dan Al-Hadis. Contoh amalan wajib yang
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف نائب الحاج حسن البصرى
utama adalah shalat, puasa, zakat, haji. Amalan wajib lain antara lain adalah menutup aurat, makan makanan halal dan lain sebagainya. tarekat sunat, yaitu kumpulan amalan-amalan sunat dan mubah yang diarahkan sesuai dengan 5 syarat ibadah untuk membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan tarekat sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib. Jadi tarekat sunnah ini adalah tambahan amalan-amalan di atas tarekat wajib. Paket tarekat sunat ini disusun oleh seorang guru mursyid untuk diamalkan oleh murid-murid dan pengikutnya. Isi dari paket tarekat sunat ini tidak tetap, tergantung keadaan zaman tarekat tersebut dan juga keadaan sang murid atau pengikut. Hal-hal yang dapat menjadi isi tarekat sunat ada ribuan jumlahnya, seperti shalat sunat, membaca Al Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain sebagainya. (2-Artekal Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ  M R NaufaL Senin, 04 Agustus 2014)
Mengenal sanad silsilah thareqat al Junaidiyah, maksud Penyusun disini adalah orang-orang yang meriwayatkan pelimpahan talqin dzikir atau ijazah dzikir thareqat al Junaidiyah yang bersambung-sambung hingga Rasulullah Saw. Misalnya kata Naib H.Hasan Baseri bin H.Muhammad Barsih, saya mengambil pelimpahan talqin dzikir thareqat al Junaidiyah ini dari KH. Jumberi Ma'shum bin Abu Bakar Bihara, dan ia dari Khalifah thariqat al Junaidiyah KH. Muhammad Qurtubi Khalid Kalimantan, dan ia dari KH. Kasyful Anwar Firdaus bin Muhammad Shaleh, dan ia mengambil  dari Syekh Sayyid Umar Ba Junaidi al Hadrami bersambung hingga Rasulullah Saw.
 Tarekat menurut istilah sufiyah yakni perjalanan yang ditentukan bagi orang yang berjalan kepada Allah Swt, dengan melewati beberapa tahapan-tahapan atau batas-batas dan tempat (maqam) dan juga naik kepada maqam yang tinggi, yaitu perjalanan rohani si murid. atau perjalanan jiwa si salik, bukan perjalanan kaki. Sebelum si Murid berjalan, hendaklah murid itu lebih dahulu, ia mencari Kawan (Shahabat) dalam melakukan perjalanan, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Saw  :
 عن النبي صلى الله عليه وسام قال : الرفيق ثم الطريق
Maksudnya :”Mencari Teman (Bersahabat dahulu) baru kemudian berjalan.”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa        :
عن سهل بن سعيد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إلتمسوا الجار قبل الدار والرفيق قبل الطريق.  الطبرنى فى الكبير
Artinya : Dari Sahal bin Sa’ad berkata, telah bersabda Rasulullah Saw :”Segeralah kamu bertetangga sebelum memasuki negeri akhirat, hendaklah kamu berteman sebelum berjalan menuju Allah. HR.Thaberani.
Siapakah shahabat kita, temen berjalan itu ? Jawabnya adalah shahabat/ berjalan kita yaitu Guru Mursyid atau Ba’dal Guru Mursyid. Yakni tempat kita menerima pelimpahan talqin dzikir ini (maksudnya pada thareqat al Junaidiyah). Dengan lain perkataan Guru Mursyid adalah Guru yang dapat mengantarkan Murid berjalan kepada Allah Swt.
Kalau si Murid berjalan sendiri, ia berjalan tidak berkawan sudah tentu Murid itu akan ditangkap oleh Syaithan atau disamun oleh Iblis bisa disamun oleh hawa nafsunya. Guru Mursyid menjadi Imam bagi si murid. Ia menjadi imam mulai di dunia bahkan sampai di akhirat atau hari kiamat nanti. Seperti firman Allah pada surat al Isra ayat 71 berbunyi :
وقال تعالى يوم تدعوا كل أناس بإمامهم. –الإسراء 71
Artinya : “Pada hari kiamat nanti akan Kami panggil tiap-tiap manusia beserta imamnya atau ikutannya.” QS al Isra.
Diceritakan bahwa hari kiamat nanti ada beberapa kaum, ada beberapa kelompok manusia memasuki pintu Sorga dengan berurutan atau bertali-tali laksana mata  rantai   maksudnya tidak terputus. Hingga Allah sendiri merasa heran terhadap Kaum itu . Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw
وقال رسول الله صلى الله عليه وسام : عجب الله من قوم يدخلون الجنة فى السلاسل. رواه البخرى
Artinya : “Allah Ta’ala ta’ajub (Tercengang) pada Kaum yang memasuki sorga dengan berantai-rantai atau bertali-tali (berurutan bersambung).”HR. Bukhari.
Dalam hadis lain Rasulullah Saw. Telah bersabda          :
عن سعد قال قال رسول الله صلى الله عليه وسام : عجبت لاقوام يساقون الى الجنة فى السلاسل وهم كارهون. - الطبرنى فى الكبير
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف  فى سنة   203 -2006 ملادية
Artinya :  Dari Sa’ad berkata ia, telah bersabda oleh Rasulullah Saw. “Penghuni neraka telah ta’ajub terheran-heran kepada Kaum yang dibimbing (didampingi) oleh para Malaikat memasuki sorga dengan berurutan atau bertali-tali laksana mata  rantai yang tak terputus. Hal keadaan mereka (orang kafir) saat itu sangat benci.” HR. Thabrani.  
Dan juga hadis riwayat  dari Abu Hurairah RA Rasulullah Saw telah bersabda yang berbunyi :
عن لأبي هريرة يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه وسام يقول : عجب ربنا تعالى من قوم يقادون إلى الجنة فى السلاسل. رواه أبوداؤد
Artinya : Dari Abu Hurairah RA berkata, aku dengar Rasulullah Saw. Bersabda : “Telah ta’ajub oleh Tuhan kami terhadap suatu Kaum (Jama’ah tarekat) mereka dibimbing masuk dalam sorga laksana mata rantai atau bertali-tali.” HR. Abu Daud.
Disini telah jelas bagi kita keuntungan orang-orang yang istiqamah dengan amaliah tarekat, dan mengamalkan dalam kehidupannya sehari-hari, mereka akan memasuki sorga secara urut berurutan laksana mata rantai yang tiada terputus dengan pendampingan para Malaikat.
3. Guru Mursyid dan Ba’dal Guru Mursyid
 Mereka juga diperhubungkan oleh Allah Swt antara Guru dan Murid dari masa Rasul Saw, masa shahabat Nabi Saw, masa Tabi’in, masa Tabi’it Tabi’in, Ulama masa kita hingga hari kiamat  nanti. Semua mereka diikat dalam suatu ikatan janji setia dengan sang Guru laksana mata rantai yang tiada terputus, selama si Murid istiqamah mengamalkan  tarekat yang sanad silsilahnya sampai kepada Rasulullah Saw...........................................
Allah Swt telah berfirman pada surat at Thur ayat 21  berbunyi :
ألحقنا بهم ذريتهم    -الطور  21
“Kami perhubungkan dengan mereka akan anak cucu mereka.”
Sebaliknya apabila si Murid tidak punya teman atau sahabat  atau tidak punya imam untuk berjalan menuju Allah Swt maka yang menjadi guru/syekhnya adalah Syaithan, seperti kata Ahli Sufiah berikut ini :
       فمن لاشيخ له مرشد فمرشد الشيطان. كذاقول اهل الصوفية
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية "  مألف  فى سنة   203 – 2006 ملادية
Maksudnya : “Siapa yang tidak ada Syekhnya atau siapa yang tidak ada Gurunya yang akan menunjukinya maka yang akan menunjukinya adalah Syaithan.”
Oleh sebab itulah, hendaklah setiap murid mengetahui sanad silsilah tarekatnya mulai dari Guru Mursyidnya (tempat dia mengambil tarekat ini) sampai kepada Rasulullah Saw. Gunanya untuk mendapatkan madad dan minta pertolongan limpahan masyayekh nur al karim dari pancaran syekhnya turun kepada si murid.
Walaupun ada sebagian Ulama Tasawuf yang mengatakan bahwa : “Keharusan jalan menuju Allah Swt itu harus melalui perantara seorang Guru, hal itu adalah kebiasaan saja, dan tarikan Tuhan adalah lebih tinggi dan bernilai.”
Al ‘Arif billah Maulana Syekh Muhammad bin Ahmad al Jauhari Rahimahullah mengatakan :”Perpegangan yang teguh kepada Allah adalah suatu keharusan untuk tetap mengikuti dan melaksanakan segala perintahNya, dan menjauhi segala laranganNya.” Bukanlah suatu keharusan bahwa untuk sampai kepada Allah harus dengan Wasithah Syekh, sebagaimana umumnya disangka oleh sementara kalangan Sufi. Allah sampaikan seseorang hambaNya kepadaNya, atas kehendakNya sendiri, dengan beberapa macam tarikan jazbah.
Sebahagian dari cara-cara tarikan Tuhan untuk menyampaikan seseorang hamba kepadaNya antara lain adalah dengan cara : “Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad Saw” sedapat-dapatnya 10.000 kali tiap malam dengan lafaz  shalawat sebagai berikut :
اللهم صلى على محمد النبي الامي زعلى آله وصحبه وسلم
Demikian pendapat Syekh Malawi rahimahullah. Selanjutnya Syekh Jauhari mengemukakan :”Siapa yang mengamalkan apa-apa yang tercantum dalam risalah ini, Insya Allah akan mendapat jizbah dengan segera dari Tuhannya. Nilai            jizbah itu jauh lebih tinggi dari amalan Jin dan Manusia. Sebagaimana Sabda Nabi kita Muhammad Saw :
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : جذبة من من جذبات الحق لاتوازى عمل الثقلين
Artinya : Sabda Nabi Saw  bersabda “Suatu tarikan dari beberapa tarikan Tuhan, tidak dapat disamakan dengan amalan-amalan Jin dan Manusia.”
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية "مألف نائب الحاج حسن البصرى
Memang benar bahwa keharusan melalui seorang Guru atau Syekh dalam hal menuntut ilmu Tasauf adalah kebiasaan saja. Tetapi dalam banyak hal, banyak sekali ungkapan-ungkapan dan rumuz-rumuz serta isyarat di dalam ilmu itu yang harus dimengerti oleh seseorang yang hendak berjalan. Apabila dipelajari sendiri melalui kitab-kitab Tasawuf. Pasti akan bertemu dengan rumuz-rumuz serta isyarat yang sulit dimengerti. Tanpa Guru atau Syekh banyak kemungkinannya salah memahami atau salah pengertian yang akibatnya malah akan menyesatkan. Guru bukanlah seseorang yang pasti bisa mengantarkan muridnya untuk sampai kepada Allah Swt. Sama sekali tidak, Guru hanyalah sekedar menunjukkan jalan, memberikan pengertian, memberikan petunjuk, memberikan pemahaman kepada si Murid. Namun semua itu adalah tergantung seluruhnya pada iradah Allah Swt sendiri.
Penyusun Risalah Bahjatul ‘Abiid .... berpendapat dalam hal ini bahwa “Menuntut ilmu Tasawuf tujuannya untuk sampai atau wusul dengan Allah Swt, itu harus dengan WASITHAH SYEKH (perantaraan seorang Guru) sebagaimana Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib hendak mengamalkan dzikir, berbai’at dahulu pada Rasulullah Saw dan minta cara mengamalkannya atau kaifiat dzikrullah. Seperti yang telah meriwayatkan oleh Syekh Yusuf al Ajemi al Kuraini dengan sanad yang shahih bahwasanya Sayyidina Ali radhiallahu anhu minta kepada Rasulullah Saw :................................................................................................
  يا ؤسول الله دلنى عليأقرب الطرق إلى الله أسهلنى على عباده وأفصلها عند الله تعالى. فقال رسول الله يا علي أفضل ما قلت أنا والنبيون من قبلي لااله الا الله. فقال غمض عينيك واسمع منى ثم قلها ثلاث مرات.
Artinya :“Ya Rasulullah, tunjukkan padaku atas jalan yang sedekat-dekat kepada Allah Ta’ala yang paling mudah atas hambaNya, dan yang paling afdalnya apa yang aku ucapkan dan Nabi-nabi sebelum aku adalah kalimat “Laa ilaaha illallah,” Sabda Nabi lagi “Pejamkan kedua matamu, dengar dariku 3 kali, kemudian ucapkan olehmu 3 kali.”
Memang Guru adalah orang yang dapat memberikan pengertian dan pemahaman kepada kepada Muridnya, penunjuk jalan, sekaligus teman berjalan, mengantarkan si MURID untuk sampai ketujuan. Itupun tidak terlepas dan tergantung kehendak Allah Swt. Dengan adanya Guru dan Murid satu ikatan, guru adalah menjadi imam sebagai ikutan bagi Murid. Tiap-tiap murid akan dipanggil oleh Allah Swt pada hari kiamat beserta Gurunya. . .............................................................
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف فى سنة   203 -2006 ملادية
Penyusun Risalah Bahjatul ‘Abid menyerankan kepada Pengamal Tarekat al Junaidiyah khususnya yang ada dibawah asuhannya dan umumnya yang bagi Pengamal Tarekat al Junaidiyah al Bagdadiyah serta membacanya minimal 1 kali se- Minggu sesudah kita  atau sebelum Auard. Terutama sekali ketika kita dalam Riyadhah atau Suluk kita harus membacanya sesudah shalat wajib. Berkat kita membaca Ahli Silsilah kita, modah-modahan nyata berkah turun dan akan dihilangkan Allah segala kesusahan dan kemudharatan...........................................
Rasulullah Saw bersabda Hadis Riwayat ad Dailami       :
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : وذكر الصالحين كفارة الذنوب وينزل الرحمة عند ذكر الصالحين زتحصل البركة. رواه الديلمى
Artinya : “Menyebut-mengingat orang-orang yang shalih itu adalah satu kifarat dosa-dosa dan Allah menurunkan rahmatNya ketika menyebut nama-nama mereka serta hasillah berkah (bagi orang yang menybut dan mendengarnya).
Rasul Saw bersabda pada riwayat lain      :
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : عند ذكر الألياء تنزل الرحمة.
Artinya : Rasul Saw bersabda  “Menyebut-nyebut nama para Aulia Allah itu, akan diturunkan Allah Swt berupa rahmat.”
Semoga kita benar-benar menjadi umat Rasul yang sempurna,
اللهم ارفع الحجاب تخليته لاقلب المردين مع لطائفهم لقاء النور من المشايخ الكريم أفاض الله علينا ببركتهم. آمين
Artinya : “Ya Allah, angkatlah hijab dan cabutlah olehMu pada hati Mirid ini beserta latha’ifnya untuk menerima limpahan karunia Allah dengan berkat semua Syekh syekh yang mulia, Semoga Allah memberikan juga akan limpahan atas kami dengan berkah mereka. Amiin-amiin.”...........
B.     Thareqat al Junaidiyah Dibina 6 Dasar     :
التوبة  والإنابة
(الطريقة الجنيدية مبني على ستة أشياء)
1.     
الزهد اى تباعد الناس
At Taubat atau Inabah                            : Kemali kepada Allah Ta’ala
2.     
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف نائب الحاج حسن البصرى
Al Juhud                                       : Menjauhi manusia, yaitu mengurangi hubungan dengan manusia yang mengakibatkan dirinya lupa dan lalai dengan Allah Ta’ala.
3.     
لايطمع فى الدنيا
القناعة
Tidak Thama                               Tidak rakus dengan dunia, maksunya lebih banyak mengingat kehidupan akhirat atau  tidak terkait hatinya dengan akwan dan agyar
4.      Qana’ah                           Suka rela menerima apa adanya pemberian Allah Swt.
5.     
التوكل على الله
الرضى بالقضاء وقدر الله
Tawakkal                                     “Mengembalikan atau menyerahkan segala urusan pekerjaan kepada Allah semata.
6.      Ridha dengan qadha qadar Allah Ta’ala
C.     Rukun Thareqat al Junaidiyah  itu  Ada 6 Perkara.
(أركان الطريقة الجنيدية على ستة أشياء )
1.     
الحلم
Ilmu Agama yang terdiri dari : Ushul, Furu’a, Tarikh, dan hukum-hukum lainnya.
2.     
الصبر
Al Hilim                 yaitu Sangat penyantun, lapang dada, tidak pemerah.
3.     
الإخلص بالعمل الخيرية
Shabar                 yaitu Sabar atas ta’at dan atas segala cobaan
4.     
الرضى بالقضاء وقدر الله
Ikhlas beramal kebaikan
5.     
حسن الخلق
Ridha dengan qadha qadar Allah Ta’ala
6.      Berakhlak mulai
D.     Hukum-hukum Thareqat al Junaidiyah Dibina 6 Perkara.
معرفة الله اى أفعاله وصفته وأسمائه
( أحكام الطريقة الجنيدية على ستة أشياء )
1.      Ma’rifatullah
اليقين ان لاتتحرك ذرة إلا بإذن الله
Ma’rifatullah yaitu mengenal Allah Swt dengan segala af’al, sifat dan asmaNya.
2.      Yakin
سخاء القلب
Dia yakin bahwa tidak bergerak sesuatu dzarrah pun kecuali ijin Allah Swt.
3.      Pemurah
الإصدق بأقوال وأفعال
Dia sangat pemurah hati tidak besifat bakhil terdadap sesamanya.
4.      Jujur
الشكر على كل حال
Dia selalu bersikap jujur dan benar dalam segala perkataan dan tindakannya.
5.      Syukur
التوجة على كل حال دائما
Dia selalu bersyukur pada setiap keadaan, atas nikmat yang diberikan Allah Swt.
6.      Tawajjuh
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف   نائب الحاج حسن البصرى
Dia selalu pasrah  diri (berserah diri) pada Allah setiap keadaan pada dirinya
E.     Wajib Thareqat al Junaidiyah itu  6 Perkara.
ذكر الله تعالى
( وجوب الطريقة الجنيدية على ستة أشياء)
1.      Dzikrullah Ta’ala
مراقبة بالقلب دائما
Hendaklah hati  kita selalu dzikir dengan Allah Ta’ala, disetiap keadaan baik ketika sedang duduk, berbaring ataupun ketika kita berjalan.
2.      Muraqabah bil qalbi da’iman
ترك الهواء والدنيا
Hendaklah kita selalu mengintai hati  kita, mengintip hati  kita setiap saat agar tidak keluar intipan dari Allah Ta’ala.
3.      Tarkul hawa wal dunya
الإتباع سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم
Hendaklah  kita selalu meninggalkan keinginan hawa nafsu dan keinginan- keinginan dunia segala isinya. Maksudnya hati kita tidak terkait dengan segala akwan dan agyar dunia.
4.      Ittiba’u Sunnati Rasulullah Saw
حسن الخلق
Hendaklah  kita selalu mengikuti  sunnah Rasul Saw  dalam segala  yang fardlu, yang sunnat dan hukum-hukum syari’at. Mengikuti  sunnah Rasul Saw  adalah kewajiban bagi Pengamal Thareqat al Junaidiyah
5.      Husnul Khalqi
فعل الخيرات واجتناب السيئات
Berakhlak yang baik kepada semua makhlu Allah Swt terhadap sesama manusia, hewan ataupun tumbuh-yumbuhan adalah kewajiban bagi Pengamal Thareqat al Junaidiyah (PTJ).
6.      Fi’lul Khairat wal Ijtinabu al Khairat
Pengamal Thareqat al Junaidiyah (PTJ) wajib berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangan Allah Ta’ala.
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية "مألف  فى سنة    203 -2006  ملادية

F.     Murid wajib berguru pada guru Mursyid dalam bertarekat
Seorang Murid terlebih dahulu wajib mencari Guru Mursyid yang akan menemaninya berjalan menuju Allah Swt. Guru Mursyid itu  adalah guru yang mahir dalam ilmu Syari’at dan ilmu Hakekat. Guru Mursyid itu mempunyai perasaan yang nyata, tinggi himmahnya dan keredaannya akan segala hal ihwalnya. Selain itu sempurna akalnya dan pandangannya suka gemar memelihara kehormatan Islam dan Kaum Muslimin. Beliau juga mengetahui cara memberikan pengajaran kepada Murid-muridnya. Beliau juga suka memberikan nasehat-nasehat kepada ummat Islam, Beliau bersifat lemah lembut semua perkataannya.
Yang mana Guru Mursyid itu  mendapat ijazah atau mendaat ijin dari Gurunya, Itu sangat baik dan sempurna kalau ada di tangannya.  Paling tidak, dia pernah berguru dengan Mursyidnya  dan boleh dia sampaikan dan ajarkan kepada orang-orang deket, seperti orang tua, anak, isteri dan keluarganya dan juga pada tetangga sekeliling rumahnya, untuk  terpelihara dari azab api neraka.
 Alasan pertama : Seorang Guru Mursyid apabila dia ditanya ttg keilmuannya, kemudian dia menyembunyikan ttg keilmuannya. Atau dia diminta oleh seseorang, kemudian dia tidak mengabulkannya permintaan seseorang tanpa alasan, maka cepat ataupun lambat Allah Swt akan mencabut kewaliannya, dan inilah yang sangat ditakuti oleh semua Guru Mursyid.
Alasan kedua  : Yang menjadi  dasar dibolohkan menyempaikannya adalah berdasarkan firman  Allah Swt dan Sabda Nabi Saw  sebagai penyelamat keluarga dan tetangga dekatnya.
Allah Swt telah berfirman pada surat at Tahrim  ayat  6 yang berbunyi            :
 ....... قوا أنفسكم ولأهلكم نارا ..... التحريم  6
Artinya : “Peliharalah diri-diri kamu dan  keluargamu dari siksaan api neraka.”
 عن النبي صلى الله عليه ولسلم قال : بلغوا عنى ولو آية
Artinya : Sabda Nabi Saw  bersabda “Sampaikan oleh kamu dari aku (kata Rasul Saw) walau satu ayat.”
G.    Kriteria seorang Syekh atau Guru Mursyid.
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية "مألف فى سنة   203 – 2006  ملادية
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh Murid dalam menentukan seorang Syekh atau Guru Mursyid yang akan menemaninya berjalan menuju Allah Swt atau yang akan menunjukkan jalan untuk wusul kepada Allah Ta;ala.
Menurut para Ahli Sufi ada 8 macam sifat yang harus dipunyai oleh Guru Mursyid atau Syekh Mursyid antara lain   :
1.      Mursyid itu Dia cerdik dan mencerdikkan bagi si Muridnya.
2.     
المرشد كامل و مكامل فى المريدين
Mursyid itu kamil – mikamil                                                yaitu “sempurna dan menyempurnakan bagi si Muridnya.
3.      Syekh Mursyid  itu “Semua yang diajarknnya memberikan bekas (berkesan) nyata dan lama di hati murid-muridnya.
4.      Guru Mursyid itu mendapat ilmu dari Guru Tertentu atau Guru yang sanad silsilahnya sampai pada Rasulullah Saw.
5.      Guru Mursyid itu telah masyhur dikenal orang
6.      Guru Mursyid itu tiada dapat dicela akan pengajarannya
7.      Guru Mursyid itu tiada sangat kasih kehidupan di dunia.
8.      Guru Mursyid itu tiada kuat dia mengerjakan yang harus.
Menurut Penyusun Ar Risalah Bahjatul ‘Abid .....dari ke 8 macam syarat harus dimiliki oleh Syekh Mursyid, itu sangat sulit didapatkan. Apalagi dizaman edan sekarang ini, banyak tentangan dan godaan yang dihadapi. Cukuplah 5 atau 6 macam syarat kriteria Syekh Mursyid terpenuhi sudah cukup memedai, ketimbang kita tidak memilikinya sama sekali hingga ajal menjemput kita. Akan tetapi kalau terpenuhi ke 8 macam syarat Syekh Mursyid dimaksud, itu lebih sempurna.
H.     Kriteria Khusus Orang yang Benar dijadikan Guru Mursyid
فصل فيمن يصح أن يتخذ شيخا مرشدا
1.    أن يكون عالما بما يحتاج إليه المريدون من الفقه والعقائد
1.-Alim dan adil dalam memberikan bimbingan tuntunan kepada para muridnya, dalam masalah ilmu fiqih, ilmu Syari’at dan ilmu Tauhid atau Aqidah.Ilmu dimaksud diberikan dengan metode – cara yang dapat menyingkirkan segala prasangka dan keraguan di hati para muridnya.
2.    أن يكون رئوفا رحيما بالمسلمين خصوصا بالمريدين
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف  نائب الحاج حسن البصرى
2.-Guru mursyid bersifat walas asih terhadap kaum muslimin, terutama sekali kepada orang yang menjadi muridnya. Apabila ada diantara mereka yang tidak dapat menyalahi kehendak nafsunya, dia segera meninggalkan kekurangan jiwanya sehingga belum bisa menghindarkan diri dari kebiasaan yang kurang baik, maka dia bersikap sabar, memperbanyak ma’af dan tidak bosan-bosannya mengulangi nasehat – nasehatnya. Dia  dengan penuh lemah lembut selalu bersedia memberikan bimbingan kepada para muridnya.
3.    المريدون عارفا بكمالات القلوب وآدابها وآفات النفوس وأمراضها وكيفية حفظ صحتها واعتدالها
3.-Dia a’rif bijak dengan segala sifat kesempurnaan hati, etika (adab) dan segala kerusakan jiwa dan penyakitnya dan juga mengetahui cara menyembuhkannya kembali serta memperbaikinya seperti semula.
4.    أن يستر ما اطلع عليه من غيوب المريدين
4.-Pandai menutup menyimpan rahasia, tidak membuka keaiban muridnya (terlebih lagi di depan orang banyak). Sebaliknya dia tetap mengawasi muridnya dengan pandangan kecamata kesufiannya yang tajam, dan memperbaiki keaiban muridnya dengan cara yang bijaksana.
5.    أن يتنزه عن مال المردين ولا يطمع فى شيئ مما فى أيديهم
5.-Tidak menyalahgunakan harta benda para Muridnya (bila diberi amanah) dan tidak loba atau tamak pada sesuatu yang ada pada muridnya.
6.    أن يكون مؤتمرا بما يأمر به منتهيا عما ينهى عنه حتى يؤثر كلامه فى النفوس
اسوة حسنة
6.-Sekalikali tdak memerintah muridnya dengan sesuatu atau melarangnya, sehingga sesuatu itu pantas dan lanyak dikatakannya yang dilakukan oleh dirinya sendiri. Dalam segala macam keadaan dan perasaan, Guru Mursyidlan yang menjadi contoh                           bagi para muridnya.
7.    ان يجالس مريديه الا قدر الحاجتة وان يذكر لهم طرفا من الطريقة (اى الجنيدية) والحقيقة
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف  نائب الحاج حسن البصرى
7.Dia duduk bergaul dengan para muridnya kecuali sekedar hajad mereka. Dia hanya bergaul dengan para muridnya dalam kesempatan dzikir, atau menyampaikan bimbingan tarekat ( al Junaidiyah ) dan hakekat dan juga syari’at.
8.    أن يكون كلامه صافيا من شوائب الهوى والهذل ومال يعنى
8.-Memelihara akan semua ucapannya, bersih dari pengaruh nafsu dan olok-olok, terutama yang akan menimbulkan dampak nigatif pada jiwa (batiniyah) si Murid.
9.    ان يسامح فى حق نفسه فلا يكونمتوقعا تعظيمه وتوقيره ولا يكلفهم فى حقه مالا يطيقون ولا يرتب عليهم من الأعمال.
9.-Bijaksana, lapang dada dan ikhlas hati. Tidak akan memerintah kepada para Murid terhadap sesuatu (yg menurutnya) tidak dapat mengerjakannya. Senantiasa bermurah hati di dalam memberikan pengajaran kepada mereka. ...
10  إذا رأى من أحد المريدين أن كثرة المجالس والمصاحبة معه تنزيل من قلبه عظمته وهيبته, أمره ان يجالس بخلوة لا يكون بعيدا جدا ولا قريبا بل يكون بين وبين.
10.-Apabila Ruru melihat salah seorang Muridnya, selalu bersama-sama dalam Majelis, dan berhubungan dengannya, lalu si murid itu menampakkan ketinggian hatinya (Karena merasa dekat dengan Gurunya). Maka hendaklah sang Guru segera memerintahkan murid itu pergi berkhalalawat ke suatu tempat yang tidak jauh dan juga tidak terlalu dekat dengannya.
11 إذا علم أن حرمته سقطت من قلب مريد فينبغى له أن يصرفه برفق فإنه من أكبر الأعداء
11.-Apabila dia telah mengetahui melihat kehormatan dirinya telah jatuh (dirasa kurang) pada parasaan hati para muridnya, semestinyalah segera dia mengambil inisiatif yang bijaksana untuk mencegah hal dimaksud, karena berkurangnya rasa percaya diri dan juga sikaf hormat seorang Murid kepada Guru Mursyidnya adalah keburukan yang membahayakan bagi pribadi murid.
12 ان لا يغفل عن ارشاد المريدين الى ما فيه صلاح حالهم
12.-Dia (Guru Mursyid) tidak akan melupakan atau lalai, Senantiasa memberikan petunjuk-petunjuk tertentu kepada para Muridnya untuk memperbaiki ahwal (prilaku dan keadaan hati) murid.
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف  نائب الحاج حسن البصرى

13  إذا وصف المريد رؤيا رأها أو مكاشفة كاشفها أو مشاهدة شاهد فيها امرا ما فلا يتكلم له غلى ذلك. ويرقيه الى ماهو أعلى وأشرف. ومتى تكلم الشيخ على ما يأتى به المريد وبين له غظمة ذلك الأمر فقد اساء فى حقه. لان المريدين يرى نفسه بذلك عاليا فربًما تسقط مرتبته.
13.-Apabila seorang murid menceritakan suatu mimpi yang dilihatnya atau tersingkafnya hal ihwal ghaib yang terbuka baginya, juga menyaksikan hal-hal ghaib yang dialaminya, di dalam keadaan semua itu terdapat hal-hal yang istimewa, maka hendaklah dia berdiam diri. Jangan mengatakan kepadanya atas sesuatu tersebut atau tidak banyak menaggapinya hal tersebut itu. Sebaiknya dia memberikan amalan (do'a)  tambahan yang dapat menolak sesuatu yang tidak benar. Sebab jika dia menaggapinya dikhawatirkan justru akan terjadi sesuatu yang dapat merusak jiwa dan hati para muridnya. Karena memang wajar begitu seorang murid tarekat bisa sewaktu-waktu mengalami peningkatan rohani, tetapi sering terjadi hal-hal yang tidak benar yang berakibat menurunkan martabatnya kembali. Oleh sebab itu Guru dituntut untuk memberikan perhatian dan juga petunjuk yang khusus pada kebanggaan rohani. Mungkin terjadi sewaktu-waktu timbul pada diri para muridnya sesuatu yang masih dalam bimbingan dan pengajarannya.
14  يجيب عليه ان يمنع المريدين عن التكلم مع غير أخوانهم الا لصرورة, عن التكلم أيضا مع أخوانهم بما يطرأ عليهم من الكرامات والواردات,  ومتى سامحهم الشيخ فى ذلك فقد أساء في حقهم لما يترتب عليه من الكبر والتعاظم إلى غير ذلك مما يؤخرهم.
14.-Wajib atas guru Mursyid itu melarang para muridnya banyak bicara serta yang bukan teman-temannya kecuali dalam keadaan yang bermanfaat. Terutama melarang mereka membicarakan tentang keramat-keramat dan wirid-wirid yang istimewa. Karena jika dibiarkan hal tersebut, lambat laun si murid bisa menjadi rusak karenanya, sebab dia akan bertambah takabbur dan besar diri terhadap yang lainnya.
15  أن يجعله اى خلوة ينفرد بها وحده  ولا يمكن أحدا من مريديه, أن يدخلها إلا من كان خصيصا عنده اى خلوة لاجتماعه بأصحابه.
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف  نائب الحاج حسن البصرى
15.-Menyediakan untuk para muridnya tempat khalwat yang khusus scara perorangan, yang tidak setiap orang boleh masuk kecuali untuk keperluan khusus. Tidak terkecuali untuk dirinya. Dan juga menyiapkan tempat khalwat khusus untuk dirinya dan shahabat-shahabatnya.
16  أن لايمكن مريدا يطلع على حركة من حركته أصلا. ولا بعرف له سرا ولايقف على نومه. ولا طعام ولا شراب ولا غير ذلك, فإن المريد إذا وقف على شيئ من ذلك ربما نقصت عنده حرمة الشيخ, لضعفه على عن مرفة احول الكمل, وله هجر المريد إذا رلآه يتجسسللاطلاع على ذلك مصلحة للمريد.
16.-(Terkadang) seorang murid tak sadar akan timbulnya atas gerak dan diam pada asalnya. Oleh karenanya dia menjaga agar para muridnya tidak mengetahui (gerak-geriknya), tidak mengetahui cara tidurnya, cara makan dan minumnya dan lainnya. Sungguh seorang murid apabila terhenti atas sesuatu yang dilihatnyajustru terkadang akan mengurangi penghormatan si murid kepadanya. Hal ini terjadi karena kelemahan si murid ma’rifat terhadap keadaan Gurunya yang semporna. Apabila dia melihat seorang murid yang demikian itu maka dia harus segera memindahkannya untuk kemaslahatan si murid tsb.
17  أن لا يسامح المريد أبدا فى كثرة الأكل فان تلك  المسامحة  تتلف كل شيئ يفعله الشيخ للمريد, لأكثر الناس  عبيد لبطونهم.
17.-Seorang murid tidak membiasakan makan terlalu banyak, karena terlalu banyak makan itu akan memperlambat tercapainya (latihan-latihan rohani) yang Guru berikan kepada si murid. Karena hal itu juga kebanyakan manusia diperbudak oleh perut-perutnya.
18  ان يمنع أصحابه ان يجالس أصحابه شيخ آخر, فان المضرة بذلك سريعة بالمريدين, فان رآهم ثابتين فى محبته ولم يخف عليهم التزلزل فلا بأس.
18.-Melarang para muridnya secara aktif (berhubungan) dengan sahabat-sahabatnya atau Guru lain. Karena yang demikian itu acap kali memberikan dampak yang kurang baik bagi si murid. Akan tetapi apabila tidak terlihat bahwa hal  itu tidak akan mengurangi kecintaan para muridnya kepada dirinya dan juga tidak akan menggoncangkan pendirian mereka, maka hal yang demikian itu tidak apa-apa.
19 
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف  نائب الحاج حسن البصرى
أن يحترز عن التردد الى الأمراء والحكام لئلا يقتدى به فى ذلك بعض مريديه فليكون عليه اثمه واثمهم من باب.
19.-Melarang para muridnya terlalu sering berhubungan dengan Penguasa dan Pejabat tanpa adanya keperluan tertentu. Karena hal itu akan dapat membangkitkan dan membesarkan nafsu duniawi. Mereka sering membuat lupa bahwa mereka dididik untuk berjalan menggapai kebahagiaan akhirat yang hakiki.
20  أن يكون خظا به لهم بغاية التلطف وليحذر من سببهم وشتمهم والطعن فيهم لئلا ينفر نفوسهم منه.
20.-Hendaklah menggunakan kata-kata yang lemah lembut serta menawan hati  (memikat hati) dan pikiran dalam khotbah-khotbahnya. Jangan sekali-kali berkhotbah berisi kecaman dan ancaman, karena hal itu akan dapat membuat jiwa para muridnya jauh darinya.
21  إذا دعاه أحد المريدين واجابه فيكون بالتعزز والعفة.
21.-Apabila dia (Guru Mursyid) diundang oleh salah seorang muridnya dan dia memenuhinya, maka hendaklah dia memuliakan (muridnya) dan memelihara kehormatan murid pengundangnya.
22  إذا دخل عليه أحد المريدين فلا يعبس فى وجهه, و إذا أراد الانصراف دعاله من غيره سؤاله, وإذا دخل هو على احد مريديه  فيكون على أكمل حاله وأحسن هيئة.
22.-Apabila ada murid atau beberapa orang muridnya yang menemuinya, maka janganlah dia memalingkan mukanya. Dan ketika ingin pulang (muridnya akan menoleh kearah lain) dipanggilnya murid itu meskipun tidak ada sesuatu yang yang akan dipertanyakannya. Dan bila dia berkunjung menemui salah seorang dari muridnya maka dia lebih semporna keadaannya dan lebih baik itekanya.
23  إذا جلس عند المريدين فليجلس بالسكينة والصبر والوقاد ولا يكثر الالتفات إليهم ولاينام بحضرتهم ولا يمد رجليه فى مجلسهم وأن يغض طرفه ويحفض صوته ولا يسئ عليهم خلقه, فإنهم فى الحقيقة يعتقدون فيه جميع الصفات الحميد ويقتبسونها منه.
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف  نائب الحاج حسن البصرى
23.-Apabila dia duduk di tengah-tengah para Muridnya, hendaklah dia duduk tenang, shabar dan sopan dan tidak banyak menoleh kiri – kanan kepada para Muridnya Tidak mengantuk, apalagi tertidur di hadapan mereka. Dia tidak menjulurkan kaki di tengah-tengah mereka. Dia tidak memajamkan mata, dan tidak merendahkan suaranya ketika berbicara. Dan dia tidak melakukan hal-hal yang kurang etis di depan mereka. Karena sesungguhnya mereka pada hakekatnya akan berpegang (meniru) mengikuti semua sifat yang dilakukannya (akan di ikuti oleh para Muridnya).
24  إذا غاب أحد المريد يتفقده بالسؤل عنه والبحث عن سبب انقطاعه ثم ان كان مريضا عاده, وبالجملة فالكلمة الجامعة لأداب الشيخ ان يكون على سيرة رسول الله عليه وسلم فى اصحابه ما استطاع.
24.-Guru Mursyid suka menanyakan muridnya). Apabila tidak hadir pada pengajarannya, dan mencari tahu sebabnya. Bila murid itu sakit dia segera menengoknya, dan kalau ternyata ada udzur maka dia kirimkan salam kepadanya.
Semua jumlah dari nomor 1 s.d 24  adab Guru kepada Muridnya adalah telah dipraktekkan oleh Rasul Saw kepada para Shahabatnya. Maka jumlah adab tersebut menjadi adab Syekh atau Guru kepada muridnya, khususnya Guru Tarekat al Junaidiyah.
Penyusun Risalah Bahjatul ‘Abid lil Jama’ah at Thareqah al Junaidiyah berharaf kepada Allah Swt, semoga adab – adab dimaksud dapat kita teladani dan dapat kita contoh dan juga dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga kita benar-benar menjadi ummat Muhammad Rasulullah Saw yang semporna. Amiin-amiin ya Rabbal ‘alamin.
Keterangan    :
1.      Naib H. Hasan Baseri,S.Ag bin H.Muhammad Barsih bin Tangkir bin Ambuter  datang pertama kali ke Desa Bihara dan Mengambil Bai’at dan Talqin Dzikir Tarekat al Junaidiyah pada Guru Mursyid KH. Jumberi bin H.Ma’shum bin H.Abu bakar hari Minggu 26 Oktober 2003 Masehi atau  29 Sya’ban 1424 Hijeriyah jam15.00 wita Kec. Awaian Kab. Hulu Sungai Tengah (Barabai). Sekarang Desa Bihara Kec. Awaian menjadi wilayah Kabupaten Balangan ibu kota Paringin, Prov. Kal Sel.
2.      Pada hari itu saya di bai’at, di ajari tawajjuh muthlaq dan tawassul membaca surat al Fatihah 5 kali sebelum tawajjuh muthlaq dan juga pelimpahan talqin dzikir Tarekat al Junaidiyah al Bagdadiyah serta mencatat sanad silsilahnya.
3.      Ar Risalah Bahjatul ‘Abiid lil Jama’ah Tarekat al Junaidiyah disusun sebagai “Benteng Pertahanan Tarekat al Junaidiyah.”
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف  نائب الحاج حسن البصرى

I.        Keadaan Hati Murid atau Salik  Pengamal Thariqat al Junaidiyah
المريدين
Menurut Penyusun ar Risalah Bahjatul Abiid ........ hal keadaan hati Murid yang menjadi Pengamal Thariqat al Junaidiyah ada beberapa macam tingkatan, yang terbagi kepada    :
1.     
الطالبين
Al Muridin                         adalah tingkatan yang pertama. Murid pada tingkat ini, seorang murid baru menerima bai’at, murid baru menerima talqin dzikir, murid baru menerima tawassul dan tawajjuh dari Guru Mursyidnya. Murid  belum tahu suka dukanya dalam menjalankan amaliyah kehidupan kerohaniyan dalam bertarekat.
2.     
المكوين
Al Thalibiin                    adalah tingkatan yang kedua. Ditingkat ini mereka sudah mengerti dengan kehidupan Para Sufi dalam menjalani kehidupan alam rohani. Pada tingkat Thalib ini Pengamal Thariqat al Junaidiyah, mereka sering menoleh pada kehidupan orang zahir yang bergelimang dengan perhiasan dunia. Mereka sering tergoda dan tergoda oleh hijau kemilau dan merahnya dunia, hati mereka sering nempil pada agyar dunia, mereka sering ditipu oleh akwan dunia, mereka sangat suka dibohongi dunia, hingga mereka lalai dan lupa bahwa mereka hidup di dunia ini hanya sementara saja. Walaupun itu wajar saja tetapi hal itu menjadi dinding, menjadi isolasi mata hati si Thalib Pengamal Thariqat al Junaidiyah dengan Mukawwin                        yaitu Orang yang mengadakan yakni Allah Swt. Disaat itu si Thalib sering bimbang, sering ragu, sering merasa was-was terhadap dirinya, anak-anaknya dan isterinya. Mereka belum merasakan kenikmatan rohaniyahnya dalam bertarekat pada amaliyah zahir dan amaliyah batin dan juga belum merasakan nikmat imannya.
Rasulullah Saw telah bersabda                        :
قال النبي صلى الله عليه وسلم : ثلاث من كن وجد بهن حلاوة الإيمان من كان الله ورسوله أحب إليه مما سواهما (رواه مسلم)
Artinya Rasulullah Saw telah bersabda           : “Tiga macam orang akan mendapatkan atau akan merasakan manisnya rohaniyahnya atau imannya, satu diantaranya “Barangsiapa Allah dan Rasulnya lebih dia cintai dari pada yang lainnya”
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف  نائب الحاج حسن البصرى
Telah berkata Para Ulama Sufi Rahimahumullah, makna “Halawatul Iman” manisnya iman disini yaitu menuntut kelezatan didalam berta’at dan membawa kesulitan (dalam berta’at) kepada keridhaan Allah Azza wajala dan juga kereridhaan Rasulullah Saw dan juga berpaling dari tujuan dunia.Kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya dibuktikan dengan perbuatan ta’atnya dan meninnggalkan yang bersalahan dengan perbuatan ta’atnya dan begitu juga dengan perbuatan ta’at terhadap Rasulnya.
قال العلماء رحمهم الله تعالى : معنى حلاوة الإيمان استلذاذ الطاعات وتحمل المشاعات فى رضى الله عز وجل ورسوله صلى الله عليه وسلم وإيثار ذلك على عرض الدنيا, ومحبة العبد ربه تعالى بفعل طاعته وترك مخالفته وكذلك محبة رسول الله صلى الله عليه وسلم.
Ditingkat yang kedua ini, dia baru melihat yang luarnya saja dan baru mendengar dari balik tabir tentang berita itu. Tetapi dia juga belum merasa puas terhadap dunia yang diberikan Allah Swt kepadanya. Maksudnya  pada tingkat thalibiin ini, si Thalib penuh dengan ujian-ujian, si Thalib penuh dengan cobaa-cobaan, penuh tentangan-tentangan, godaan-godaan yang mengiurkan dirinya, telah datang dari anak dan isterinya, dan juga datang dari keluarganya dan dari lingkungannya.
الربيطة
Untuk menghadapi musuh-musuh diatas, agar Rohani kita tidak tergesir dari alam rohaniyah, dan rohani kita tidak memasuki alam agyar ataupun  alam akwan yang penuh pesona ketika melakukan amaliyah tarekat, kita harus melakukan Rabithah  ....................      yang kuat dengan Guru Mursyid kita. Disnilah baru terasa begitu pentingnya  rabithah ikatan hati atau ikatan jiwa dengan sang Guru Mursyid, hingga semua gangguan hati si Thalib lenyap begitu saja,apa lagi kalau dia merasa Gurunya yang ada. Dia merasa Gurunyalah yang Berdzikir, dia merasa Gurunyalah yang beramal. Berarti si Thalib fana pada Gurunya (Fana fii Syekh).
Masalah Rabithah atau Murabithah seorang Murid atau Salik Pengamal Thariqat al Junaidiyah dengan Guru Mursyidnya, yang akan Penyusun Risalah Bahjatul ‘Abiid jelaskan di Bab mendatang pada Buku Risalah Umdatul Hasanah lil Jama;ah Thariqat al Junaidiyah sebagai Benteng Pertahanan Thariqat al Junaidiyah buku yang kedua.
3.      As Saa’irin
" الرسالة  بهجة العبيد للجماعة الطريقة الجنيدية " مألف  نائب الحاج حسن البصرى
Ditingkat  As Saa’irin ini, Pengamal Thariqat al Junaidiyah, mereka sudah mengerti tentang kehidupan Para Sufi, dan mereka sudah menyaksikan bahwa hidup Para Sufi telah bebas dari nempelnya dunia dan akhirat, maksudnya mereka bebes dari keterikatan dunia dan keterikatan akhirat.
الرضاى
التقرب
المحبة
Mereka mengerjakan amaliyah di dunia tidak mengharapkan pahala, dan diakhirat tidak mengharapkan sorga, tetapi mereka mengerjakan amaliyah untuk taqarrub,.................. untuk mendapatkan ridla.............. , untuk mendapatkan mahabbah...................kecintaan Allah semata. Hal  ini sesuai dengan do’a mereka yang berbunyi         :
إلهى أنت مقصودى ورضاك مطلوبي أعطني محبتك ومعرفتك
Artinya : “Wahai Allah Tuhanku, Engkaulah yang aku maksud. Dan keredlaan Engkaulah yang aku cari dan juga kecintaan Engkaulah yang aku rindukan.”
المرقبة
المشاهدة
كائنات أكوان
الرياضة
Pada tingkat ini hati PTJ sudah bercahaya-cahaya, hati sudah bersih dari hasil-hasil Riyadlah                    yang sudah dilaluinya. Mereka sudah bisa musyahadah  ................... dan muraqabah ...................... dapat menangkap getaran-getaran dari Asma asma Allah yang terbungkus dalam wujud Kainat atau Akwan.
Mereka sudah mulai betah tinggal bersama Ahli Sufi dalam barisan Thariqat Sufi. Disini mereka dapat melihat rohaniyah Rasul setiap saat bila qadar syuhud mereka kuat.
Dalam kitab Haiqadzul Himam dijelaskan tentang seorang Murid yang samapai pada darajat Sa’iriin ini, mereka selalu bershalawat terhadap Rasulullah Saw           :
وقسم يصلون على روحه  النورانية وهم أهل الشهود من السائرين فهم يصلون على نوره الفائض من الجبروت. فيشاهدونه فى غالب أوقلتهم على قدر حضورهم وشهودهم
Maksudnya : Golongan yang kedua, mereka bershalawat atas Rasulullah Saw kepada rohnya yang Nuraniyah. Mereka itu adalah ahli syuhud dari derajat Sa’iriin. mereka bershalawat atas Nurnya Nabi yang berada di alam Jabarut (alam ketuhanan). Mereka menyaksikan rohaniyah Rasul setiap saat atas ukuran atau kadar hadir hati mereka dalam syuhud mereka.
Penyusun Umdatul Hasanah hanya berharap dan berdo’a  semoga apa yang dikatakan oleh Pengarang kitab Haiqadzul Himam ini dapat kita rasakan bersama khususnya Pengamal Thariqat al Junaidiyah (PTJ) yang sampai pada martabat ini.


SANAD SILSILAH THARIQATUL QAUM AL JUNAIDIYAH AL BAGDADIYAH
(سلسلة طريقة القوم الجنيدية البغدادية)

1.
NAIB H.HASAN BASERI BIN H.MUHAMMAD BARSIH BIN BADERI
2.
KH. JUMBERI BIN H. MA’SHUM BIN H. ABU BAKAR (1361-1427H) 1942 – 2007M
3.
KHALIFAH KH.MUHAMMAD QURTHUBI BIN KHALID KALIMANTAN(1338-1423H) 1918-2002M
4.
SYEKH KH. KASYFUL ANWAR FIRDAUS BIN MUHAMMAD SHALIH(1307-1394H)1889-1974M
5.
SYEKH SAYYID UMAR BA JUNAIDI ALHADRAMI ( W.1354H) 936M
6.
SYEKH IMAM ABDULLAH BA  ALAWI
7.
SYEKH IMAM ALWI
8.
SYEKH IMAM ABDURRAHMAN AS SAQAF (W.1124H) 1712M
9.
SYEKH IMAM ABDURRAHIM  AL'ALAWI ( W.1088H)
10.
SYEKH IMAM BA JUNAIDI (W.1032H)1623M
11.
-SYEKH IMAM ALWI AL RIDLA (W.1002H/1594M)

-IMAM ABDUL WAHAB AS SYA’RANI (898-973H)

12.

-SYEKH MUHAMMAD AZ ZAHIDI AL WAKHSHI W.936H/1530M

-SYEKH ‘ALI MURSHAFA

 

13.

SYEKH MUHAMMAD AS SURAWI  (W.932H)

 

 

14.

SAYYID  MUHAMMAD IBN MADYAN AL ASMUNI

 

15.

SYEKH MADYAN AL ASMUNI  (W.862H)

 

16.

IMAM AHMAD BIN SULAIMAN AL ZAHIDI (W.1417M/820H)

 

17.

SYEKH HASAN AL TUSTARI (W.1395M/797H)

 

18.

SYEKH YUSUF AL 'AJAMI ALKAURANI (W.366M/767H)

 

           BAI’AT ROHANIYAH

19.

SYEKH MAHMUD AL ASHFIHANI

 

           BAI’AT SIRRIYAH

20.

SYEKH NAJMUDIN AL ASHFIHANI

 

21.

SYEKH BADARUDDIN HASAN SYAMSYIRI

 

22.

SYEKH ABDUS SHAMAD AN NAHRANI

 

23.

SYEKH NAJIBUDDIN BURGHUSY SYIRAZI

 

24.

SYEKH SYIHABBUDDIN AS SYUHRAWARDI (W.632H)

 

25.

SYEKH ABU NAJIB AS SYUHRAWARDI

 

26.

SYEKH QADLI WAJIHUDDIN

 

27.

SYEKH FARAJ AZ ZANJANI

28.

-SYEKH IMAM AL QUSYAYRI      (L.986-1073 M)

 

-SYEKH ABU ABBAS NAHAWANDI

29.

-SYEKH ABU 'ALI AL DAQQAQ    (W.1015M/405H)

 

-SYEKH IBNU KHAFIIF ASSYRAZI

30.

-SYEKH IMAM AN NASHRA 'ABADZI  (W.979M/369H)

-SYEKH MUHAMMAD KHAFIIF ASSYRAZI(276-371H)

31.

-SYEKH IMAM AL SYIBLI (L. 861-946M/247-334H)

 

- SYEKH ABU MUHAMMAD RUWAYM IBN AHMAD (QADLI   - RUWAYM W.303H)

 

 

32.

SYEKH IMAM AL JUNAID AL BAGDADI (W.910M/247H)

 

 

33.

SYEKH AL SIRRI AL SAQATHI (W.865M/253H)

 

 

 

34.

SYEKH IMAM MA'RUF AL KARKHI (W.815M/200H)

 

 

 

35.

SYEKH DAUD AT THA'I (W.781M/165H)

 

 

 

36.

SYEKH HABIB AL 'AJAMI  (W.743M/125H)

 

 

 

37.

SYEKH IMAM HASAN AL BASRI  (L.21-110H)

 

 

 

38.

SAYYIDINA 'ALI BIN ABI THALIB  (L.601-661M)

 

 

 

39.

SAYYIDINA MUHAMMAD RASULULLAH SAW  (L.569-632M)

 

 

 

40.

SAYYIDINA JIBRIL ALAIHIS SALAM

 

 

 

41.

ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA AZZA WA JALLA













 
 


A.      Al Bai'at al Rohaniyah wa al Sirriyah pada Sadatina al Junidiyah                                                    
        Al Bai'at al Rohaniyah adalah bai'at yang terjadi pada penyampaian amaliah Junaidiyah, secara Rohaniyah atau Sirriyah oleh seorang mursyid yang berpangkat Rabbani atau Wali Allah dalam mengangkat seorang murid. Bai'ah Sirriyah  ini terjadi karena sang Mursyid, wali Allah tersebut raga zahirnya sudah berpindah ke alam akhirat, dan ajaran tsb  sewaktu tuan wali hidup belum sempat bai'ahkan dan diijazahkan. Walaupun sang Mursyid, wali Allah sudah lama meninggal dunia, tetapi dengan izin Allah ia dapat memberikan bai'ah, talqin dzikir dan amalan-amalan kepada muridnya secara sirriyah.
Syekh Muhammad az Zahidi ini dapat berkonsultasi secara bathiniyah atau berhubungan secara rohaniyah dengan Imam al Qusyairi gurunya setiap saat. Ini tidak aneh bagi kalangan Shufi dan orang Ahli Thariqat, dan ini merupakan suatu yang dianggap lumrah dan dipercayai adanya, tetapi sangat aneh bagi kalangan orang Ahli Syari'at. Mereka sangat sulit untuk mempercayainya, bahkan mungkin menganggapnya hanya sebagai ilusi belaka.
Bukankah thariqat kita al Junaidiyah juga mengenal istilah Muraqabah Kasyf Al Arwah, yaitu muraqabah yang digunakan untuk konsultasi secara bathiniyah, berhubungan rohaniyah, berdialogh secara sirriyah dengan rohaniyah orang yang meninggal dunia.
Diceritakan bahwa telah terjadi Bai'at Sirriyah,  ada diantara Mursyid dan Murid, Guru dengan Murid dari Sadatina al Junidiyah yang telah berdeda alam, berbeda masa, berbeda zaman  dan waktu.  Bai'at Sirriyah ini terjadi antara Imam Qusyairi yang hidupnya 986-1073M dengan Syekh Muhammad az Zahidi al Wakhshi  yang hidupnya   ....... w.936H/1530M. Jarak kurun tahun antara kedua Imam ini cukup lama, yakni kurang lebih 461 tahun. Disini ada 14 genarasi silsilah Junaidiyah dilewati, jika penulisan Sanad Silsilah al Junaidiyah sesudah Imam Qusyairi kemudian urutan selanjutnya Syekh Muhammad az Zahidi dan antara keduanya ditulis garis penghubung dan diberikan keterangan Bai'at Sirriyah. Maka ke 14 genarasi silsilah Junaidiyah dimaksud menjadi  Silsilah Mastur atau Silsilah Mahjub yaitu tersembunyi atau tidak dikenal,  inilah keadaan sekarang. 

Dialohg rohaniyah, konsultasi secara bathiniyah dan  al Bai'at al Sirriyah dengan orang yang beda alam, misalnya Rasulullah Saw atau Auliya Allah yang sudah wafat, hal semacam ini tidak aneh bagi kalangan para Shufi dan orang- orang Ahli Thariqat, dan ini merupakan suatu yang dianggap biasa saja dan dipercayai adanya, seperti yang terjadi pada Sadatina Junaidiyah pada ceritra diatas, dan pada Sadatina Ghazaliyah dan juga Sadatina Naqsyabandiyah pada ceritra berikut :
Syaikhina Al Habib Muhammad Luthfi menambahkan penjelasan bahwa semua hadis yang terdapat didalam kitab IHYA ULUMUDDIN, sebelum dimasukkan dan ditulis kedalam kitab tersebut, Imam al Ghazali senantiasa terlebih dahulu konsultasi secara bathiniyah kepada Rasulullaah Saw.

Telah bercerita salah seorang Pengamal Thariqat....... yang bernama Muhammad Ali Hanafiyah Nasotion kepada Gurunya Dr. Syekh H. Jalaluddin, .......... Mungkin orang lain pergi ke Madinah hanya menziarahi kuburan Nabi Muhammad Saw, tetapi aku dengan karunia rahmat Allah dapat menziarahi rohaniyah Nabi Muhammad Saw, aku yakin dan percaya bahwa Nabi Muhammad Saw  tidak mati, hanya Nabi Saw itu adalah diwafatkan. Kalau hati kita sudah bersih dari sifat-sifat mazmumah (sifat kejahatan), insya Allah mudah saja untuk bertemu dengan rohaniyah Nabi Muhammad Saw, pokoknya kalau kita ikhlas mengerjakan 17 macam mata pelajaran dalam TN. Kalau aku dengar ada orang yang bermimpi bertemu dengan Nabi Saw, maka aku sungguh percaya kepada orang itu.  Jika ada orang yang mengatakan telah bersalaman (berjabat tangan) dengan Nabi Saw, aku turut mempercayainya, sebab aku sendiri telah pula merasai yang demikian itu.......
A.      Thariqat  Qaum  al Junaidiyah Bergabung dengan Jam'iyah  Ahli at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah  Indonesia.

             Kongres at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia pertama tahun 1957M/1377H di Pondok Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, menghasilkan jumlah thariqat Sufi yang disahkan dan diakui ada 44 macam jenis thariqat.
             Dimasa Imam al Gazali  antara tahun 1058-1112M/450-505H ada kurang lebih 80 macam jenis thariqat Sufi, dengan rincian sebagai berikut yaitu 40 macam thariqat Sufi yang sudah disyahkan dan 40 jenis thariqat yang belum sempat disyahkan.
             Dalam Makalah Mengenal Thareqat Panduan Pemula mengenal jalan menuju Allah Ta'ala dikatakan bahwa dalam Kitab Dairatul Ma'arif al Islamiyah disebutkan ada 163 aliran thareqat Shufi yang salah satu diantaranya punya 17 cabang. Sementara Syekh Muhammad Taufq al Bakry dalam kitabnya Baitus Shiddiq, menyebutkan aliran-aliran thareqat di dunia Islam kurang lebih 124 aliran thareqat Shufi.
             Kongres at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia pertama di Tegalrejo Magelang Jawa Tengah tersebut pada Kamis, tanggal 10 Oktober 1957M dibentuk secara
resmi al Jam'iyah al ahli  at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia yang memayungi dari 44 macam thariqat Sufi. Adapun thariqat Sufi dimaksud adalah :       

1.    Thariqat Sufi Abbasyah                         2.       Thariqat Sufi Ahmadiyah
3.       Thariqat Sufi Akbariyah                         4.       Thariqat Sufi Alaweiyah
5.       Thariqat Sufi Baerumiyah                       6.       Thariqat Sufi Bakdasyiah
7.       Thariqat Sufi Bakriyah                           8.       Thariqat Sufi Bayumiyah
9.       Thariqat Sufi Buhuriyah                          10.   Thariqat Sufi Dasuqiyah
11.   Thariqat Sufi Ghoiyyah                           12.   Thariqat Sufi Ghazaliyah
13.   Thariqat Sufi Haddadiyah                       14.  Thariqat Sufi Hamzawiyah
15.   Thariqat Sufi Idrisiyah                            16.   Thariqat Sufi  Idrusiyah
17.   Thariqat Sufi Isawiyah                            18.   Thariqat Sufi Jalwatiyah
19.   Thariqat Sufi Justiyah                              20.   Thariqat Sufi Kalsyaniyah
21.   Thariqat Sufi Qadiriyah                           22.   Thariqat Sufi Khalwatiyah
23.   Thariqat Sufi Khalidiyah wa Naqsyabadiyah
24.   Thariqat Sufi Kubrawiyah                       25. Thariqat Sufi Madbuliyah
226. Thariqat Sufi Malamiyah                          27. Thariqat Sufi Maulawiyah
228. Thariqat Sufi Qadiriyah wa Naqsyabadiyah
229. Thariqat Sufi Rifa'iyah                              30. Thariqat Sufi Rumiyah
331. Thariqat Sufi Sa'diyah
332. Thariqat Sufi Sammaniyah                        33. Thariqat Sufi Sumbuliyah
334. Thariqat Sufi Sya'baniyah                         35. Thariqat Sufi Syadzaliyah
336. Thariqat Sufi Syathariyah                          37. Thariqat Sufi Syukhrawiyah

38. Thariqat Sufi Tijaniyah                              39. Thariqat Sufi Umariyah
40. Thariqat Sufi Usyaqiyah                            41. Thariqat Sufi Utsmaniyah
42. Thariqat Sufi Uwaisiyah                            43. Thariqat Sufi Zainiyah
44. Thariqat Sufi Akabiril Aulia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nabi Yahya As

NABI YAHYA Allah SWT berfirman: "Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: 'Ya Tuh...