Jumat, 22 September 2017

Nabi Hud as



Nabi HUD AS.
Nama: Hud bin Abdullah.
Garis Keturunan: Adam As. Syits Anusy
Qinan
Mihlail Yarid Idris As. Matusyalih
Lamak
Nuh As. Sam Iram (Aram) Aush (Uks)
Ad
al-Khulud Rabah Abdullah Hud As.
Usia: 130 tahun.
Periode sejarah: 2450-2320 SM.
Tempat diutus: Al-Ahqaf (antara Yaman dan
Oman).
Tempat wafat: Bagian Timur Hadhramaut
Yaman.
Sebutan kaumnya: Kaum Ad.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 7
kali.

Nabi Hud
Untuk Surah, lihat Surah Hud .
Hud ( bahasa Arab: ﻫﻮﺩ , Aubir, Ubayr, Neber ) (sekitar
2450 -2320 SM) adalah seorang nabi yang diutus untuk
Kaum 'Ad yang tinggal di al-Ahqaf , Rubu' al-Khali-
Yaman . Hud dikenal dalam ajaran agama Islam , Yahudi
dan Kristen . Dalam kitab Perjanjian Lama sering
diperhubungkan dengan Eber meski riwayatnya tak
tertulis. Namanya disebutkan sebanyak 7 kali dalam Al-
Qur'an . Umat Muslim percaya bahwa Nabi Hud hidup
sekitar 150 tahun dan diutus menjadi rasul pada tahun
2400 SM. [1] Diriwayatkan bahwa ia wafat di Timur
Hadhramaut , Yaman.
Genealogi
Hud bin Abdullah bin Ribah bin Khulud bin Ad bin Aus
bin Irim bin Syam bin Nuh. Ia menikahi seorang wanita
yang bernama Melka binti Madai bin Japeth (Yafas).
Biografi
Nabi Hud merupakan keturunan dari suku 'Aad (ﻋﺎﺩ ),
suku yang hidup di jazirah Arab, disuatu tempat
bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut
antara Yaman dan Oman. Mereka adalah kaum
penyembah berhala bernama Shamud , Shada , dan al-
Haba . Mereka termasuk suku yang tertua sesudah
kaum Nuh. Mereka dikaruniai oleh Allah (ﺍﻟﻠﻪ ) tanah
yang subur, dengan sumber-sumber air yang
memudahkan mereka bercocok tanam.
Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh (ﻧﻮﺡ), kaum Hud,
yaitu suku 'Aad tidak mengenal Allah sebagai
Tuhannya. Mereka membuat patung-patung yang
diberi nama Shamud dan Alhattar dan itu yang
disembah sebagai tuhan mereka yang menurut
kepercayaannya dapat memberi kebahagiaan, kebaikan
dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan,
kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi
Idris a.s. ( ﺇﺩﺭﻳﺲ) dan Nabi Nuh a.s. (ﻧﻮﺡ) sudah tidak
dijalankan lagi.
Dakwah
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik
perhatian kaumnya suku 'Aad kepada tanda-tanda
wujudnya Allah yang berupa alam sekitar mereka dan
bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka semua dan
mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan
hidup. Dia-lah yang seharusnya mereka sembah dan
bukan patung-patung yang mereka buat sendiri.
Diterangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh
Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke
jalan yang benar, beriman kepada Allah yang
menciptakan mereka serta menghidupkan dan
mematikan mereka, memberi rezeki atau mencabutnya
dari mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan
menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan
menuntun mereka ke jalan yang benar. Ia hanya
menjalankan perintah Allah dan memperingatkan
mereka bahwa jika mereka tetap menutup telinga dan
mata mereka, mengingatkan perihal kaum Nabi Nuh
yang ditimpa azab Allah serta meminta mereka untuk
berhenti dari menyembah berhala.
Bagi kaum 'Aad, seruan dan dakwah Nabi Hud itu
merupakan sesuatu yang tidak pernah mereka dengar
ataupun duga. Mereka melihat bahwa ajaran yang
dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah cara hidup
mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat
yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang
mereka. Mereka tercengang dan merasa heran bahwa
seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha
merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan
agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang
baru yang mereka tidak kenal dan tidak dapat
dimengerti dan diterima oleh akal fikiran mereka.
Pembalasan Allah atas kaum 'Aad
Pembalasan Tuhan terhadap kaum 'Aad yang kafir dan
tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap.
Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda
ladang dan kebun mereka. Dalam keadaan demikian
Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahwa
kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari
Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih memberi
kesempatan kepada mereka untuk sadar akan
kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman
kepada Allah dengan meninggalkan persembahan
mereka yang batil untuk kemudian bertaubat dan
memohon ampun kepada Allah agar segera hujan
turun kembali dan menghindari mereka dari bahaya
kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap
belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud
itu adalah janji kosong. Mereka bahkan pergi
menghadap berhala-berhala mereka memohon
perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mereka terhadap janji Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat
jawaban dengan datangnya pembalasan tahap kedua
yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan
mega hitam yang tebal diatas mereka yang
disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena
mengira bahwa hujan akan segera turun membasahi
ladang dan menyirami kebun mereka yang sedang
mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum 'Aad yang
sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan
nada mengejek: Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan
awan rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa
kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah
kujanjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan
kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu
dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang
diramalkan oleh Nabi Hud itu bahwa bukan hujan yang
turun dari awan yang tebal itu tetapi angin topan yang
dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang
mencemaskan yang telah merusakkan bangunan
rumah dari dasarnya, membawa berterbangan semua
perabotan dan harta benda serta melempar jauh
binatang-binatang ternak. Keadaan kaum 'Aad menjadi
panik, mereka berlari kesana-sini, hilir-mudik mencari
perlindungan.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman
telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang
menimpa kaumnya. Setelah keadaan cuaca kembali
tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap
dari kaum 'Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan
tempatnya berhijrah ke Hadramaut , dimana ia tinggal
menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan
dimakamkan di sana. Hingga sekarang makamnya
yang terletak di atas sebuah bukit, di suatu tempat
lebih kurang 50 km dari kota Siwun selalu dikunjungi
para peziarah yang datang dari sekitar daerah itu,
terutama pada bulan Syaaban .


Selasa, 19 September 2017

NABI NUH as



NABI NUH AS.
Nama: Nuh/Yasykur/Abdul Ghaffar bin Lamak.
Garis Keturunan: Adam As. Syits Anusy
Qinan
Mihlail Yarid Idris As. Matusyalih
Lamak
Nuh As.
Usia: 950 tahun.
Periode sejarah: 3993-3043 SM.
Tempat diutus (lokasi): Selatan Irak.
Jumlah keturunannya: 4 putra (Sam, Ham, Yafits
dan
Kanan).
Tempat wafat: Mekkah.
Sebutan kaumnya: Kaum Nuh.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 43
kali.

Nuh ( Ibrani: נוֹחַ , Nūḥ ; Tiberias: נֹחַ; Arab: ﻧﻮﺡ ) (sekitar
3993-3043 SM) adalah seorang rasul yang diceritakan
dalam Taurat, Alkitab, dan Al-Qur'an . Nuh diangkat
menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM. Diperkirakan ia
tinggal di wilayah Selatan Irak modern. Namanya
disebutkan sebanyak 58 kali dalam 48 ayat dalam 9
buku Alkitab Terjemahan Baru[4], dan 43 kali dalam Al-
Qur'an .
Menurut Al-Qur'an, ia memiliki 4 anak laki-laki yaitu
Kanʻān, Sem , Ham , dan Yafet. Namun Alkitab hanya
mencatat, ia memiliki 3 anak laki-laki Sem , Ham , dan
Yafet . Kitab Kejadian mencatat, pada jamannya terjadi
air bah yang menutupi seluruh bumi; hanya ia
sekeluarga (istrinya, ketiga anaknya, dan ketiga
menantunya) dan binatang-binatang yang ada di dalam
bahtera Nuh yang selamat dari air bah tersebut.
Setelah air bah reda, keluarga Nuh kembali me-
repopulasi bumi.
Nuh menurut Islam
Kaligrafi bahasa Arab bertuliskan
Nuh.
Etimologi
Suyuti menceritakan bahwa nama Nuh bukan berasal
dari bahasa Arab, tetapi dari bahasa Syam yang artinya
bersyukur atau selalu berterima kasih. Hakim
berkata dinamakan Nuh karena seringnya dia
menangis, nama aslinya adalah Abdul Ghafar (Hamba
dari Yang Maha Pengampun).
Sedangkan menurut kisah dari Taurat nama asli Nuh
adalah Nahm yang kemudian menjadi nama sebuah
kota, kuburan Nuh berada di desa al Waqsyah yang
dibangun didaerah Nahm. [5]
Nuh mendapat gelar dari Allah dengan sebutan Nabi
Allah dan Abdussyakur yang artinya hamba (Allah)
yang banyak bersyukur. [6]
Genealogi
Dalam agama Islam, Nuh adalah nabi ketiga sesudah
Adam , dan Idris . Ia merupakan keturunan kesembilan
dari Adam . Ayahnya adalah Lamik (Lamaka) bin
Mutawasylah (Matu Salij) bin Idris bin Yarid bin Mahlail
bin Qainan bin Anusyi bin Syits bin Adam. Antara
Adam dan Nuh ada rentang 10 generasi dan selama
periode kurang lebih 1642 tahun.
Nuh hidup selama 950 tahun. Ia mempunyai istri
bernama Wafilah , [7] sedangkan beberapa sumber
mengatakan istri Nuh adalah Namaha binti Tzila atau
Amzurah binti Barakil [8] dan memiliki empat orang
putra, yaitu Kanʻān, Yafith, Syam dan Ham .
Biografi
Nuh adalah rasulallah yang pertama yang diutus ke
atas bumi ini, sedangkan Adam, Syits dan Idris yang
diutus sebelumnya hanyalah bertaraf nabi saja, bukan
sebagai rasul karena mereka tidak memiliki umat atau
kaum.
Dari Ibnu Katsir bahwa Nuh diutus untuk kaum Bani
Rasib. Dia lahir 126 tahun sepeninggal Nabi Adam,
sedangkan menurut Ahli Kitab dia lahir 140 tahun
sepeninggal Nabi Adam. Dia adalah utusan yang
pertama yang diutus untuk umat manusia. Penduduk
yang diserunya dikenal dengan Banu Rasib .
Dari Ibnu Abi Hatim: Abu Umamah mendengar seorang
berkata kepada Nabi Wahai Utusan Tuhan, apakah
Adam seorang nabi? Nabi Muhammad menjawab Ya.
Orang tersebut bertanya lagi: Berapa Lama antaranya
dengan Nuh? maka Nabi Muhammad menjawab
sepuluh generasi.
Ibnu Abbas menceritakan Bahwa nabi Nuh diutus pada
kaumnya ketika berumur 480 tahun. Masa kenabiannya
adalah 120 tahun dan berdakwah selama 5 abad. Dia
mengarungi banjir ketika ia berumur 600 tahun, dan
kemudian setelah banjir ia hidup selama 350 tahun.
Ibnu Abi Hatim dari Urwah bin Al Zubayr bahwa Wadd,
Suwa , Yaghuth, Yauq dan Nasr adalah anak Nabi
Adam . Wadd adalah yang tertua dari mereka dan yang
paling saleh di antara mereka.
Ibnu Abbas menceritakan bahwa ketika Nabi Isa
menghidupkan Ham bin Nuh, dia bertanya kepadanya
kenapa rambutnya beruban, ia menjawab dia
meninggal di saat usia muda karena ketakutannya
ketika banjir. Ia berkata bahwa panjang kapal Nuh
adalah 1200 Kubit dan lebarnya 600 Kubit dan
mempunyai 3 lapisan.
Migrasi dari Suq Thamanim ke Babylonia
Ibnu Thabari menceritakan setelah kapal berlabuh di
pegunungan Ararat, ia kemudian membangun suatu
kota di daerah Ararat (Qarda) di suatu areal yang
termasuk Mesopotamia dan menamakan kota tersebut
Themanon (Kota delapan Puluh) karena kota tersebut
dibangun oleh orang yang beriman yang berjumlah 80
orang. Sekarang tempat tersebut dikenal dengan nama
Suq Thamanin.
Ibnu Abbas kemudian menceritakan bahwa Nuh
membangun kota Suq Thamanin dan semua keturunan
Qayin dibinasakan. Menurut Al-Harith dari Ibnu Sad dari
Hisham bin Muhammad dari ayahnya dari Abu Shalih
dari Ibnu Abbas berkata ketika Suq Thamanin menjadi
penuh dengan keturunan Nuh mereka berpindah ke
Babylon dan membangun kota tersebut.
Abd al Ghafar menceritakan ketika kapal berlabuh di
bukit Judi pada hari Ashura.
Doa Nuh untuk Keturunannya
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Nuh mendoakan ketiga
putranya. Nuh mendoakan keturunan Sam menjadi
nabi-nabi dan rasul. Nuh mendoakan keturunan Yafith
untuk menjadi raja-raja, sedangkan dari keturunan
Ham dia doakan agar menjadi abdi dari keturunan
Yafith dan Sam.
Ketika Nuh menginjak usia lanjut, ia mendoakan agar
keturunan Gomer dan Kush menjadi raja-raja, karena
mereka berdua ini melayani kakeknya disaat usianya
lanjut.
Ibnu Abbas menceritakan bahwa keturunan Sam
menurunkan bangsa kulit putih, Yafith menurunkan
bangsa berkulit merah dan coklat, Sedangkan ham
menurunkan bagsa Kulit hitam dan sebagian kecil
berkulit putih.
Anak
Sebuah ilustrasi ketiga anak Nuh yaitu
Sam, Ham dan Yafith. Dilukis oleh James
Tissot 1904.
Kanʻān bin Nuh
Dari keempat putra Nuh, hanya tiga orang yang
selamat dari bencana banjir, karena taat serta
mengikuti ajaran yang dibawa ayahnya. Adapun
seorang anaknya lagi yang tertua, yaitu Kan'an, tewas
tenggelam. Nuh merasa sedih karena anaknya tidak
mau mengikuti ajarannya. Sedangkan menurut Hasan
al-Bashri berpendapat bahwa Kanan adalah anak tiri
Nuh yaitu anak dari isterinya yang durhaka.
Yafith bin Nuh
Ibnu Thabari menyebutkan istri Yafith bernama
Arbasisah binti Marazil bin Al Darmasil bin bin
Mehujael bin Akhnukh bin Qayin bin Adam dan darinya
Yafith menurunkan 7orang anak laki-laki dan 1 orang
anak perempuan, yaitu Gomer, Marihu, Wail, Hawwan,
Tubal, Hawshil dan Thiras. Anak perempuan dari Yafith
adalah Shabokah.
Sam bin Nuh
Ibnu Thabari menyebutkan istri Sam bernama Shalib
binti Batawil bin Mehujael bin Akhnukh bin Qayin bin
Adam dan darinya Sam menurunkan Arfaqsyad,
Asshur, Lud, Elam, dan Aram.
Ham bin Nuh
Ibnu Thabari menyebutkan istri Ham bernama Nahlab
binti Marib bin Al Darmasil bin bin Mehujael bin
Akhnukh bin Qayin bin Adam dan darinya Ham
menurunkan 4 orang anak laki-laki, yaitu Kush, Put,
Kanaan dan Qibthy atau Misraim.
Menurut Ibnu Ishaq tidak diketahui apakah Aram
adalah satu ibu atau dari ibu yang berbeda dengan
anak Sam lainnya. Sam berdiam di Mekkah dan dari
keturunannya yaitu Arpaksyad menurunkan nabi dan
rasul. Kemudian dari nya menurunkan bangsa Arab dan
bangsa Mesir kuno. Keturunan Yafith menjadi raja
untuk wilayah non arab seperti Turki, Khazar dan
Persia yang raja terakhirnya adalah Yazdajird bin
Shahriyar bin Abrawiz yang masih merupakan
keturunan Gomer bin Yafith bin Nuh.
Keturunan Sam berdiam di Majdal yang berada di pusat
bumi yang daerah tersebut berada di Satidama (suatu
daerah bagian utara Irak atau dibagian Timur Anatolia),
di antara Yaman dan Syria. Tuhan memberikan mereka
kitab dan kenabian serta memberikan warna kulit yang
coklat dan putih.
Bangsa ʿĀd berkembang di suatu lembah yang
dinamakan Al-Shihr (Bagian Selatan Arabia menghadap
lautan Hindia) dan dibinasakan disuatu lembah yang
dinamakan Lembah Mughith.
Kemudian Mahrah menetap di lembah Al-Shihr. Ubayl
berkembang di wilayah Yasthrib, Amalek berkembang
di Sana sebelum dinamakan Sana. Beberapa dari
keturunan Amalek kemudian pergi ke Yastrib dan
mengusir bangsa Ubayl, yang kemudian Jubayl
berkembang di wilayah Juhfah, tapi banjir
membinasakan mereka sehingga dinamakan wilayah
tersebut Al-Juhfah (tempat penyapuan).
Thamud berdiam di Hijr dan di sekitarnya dan
dibinasakan di sana. Tasm dan Judays berdiam di
Yamamah dan kemudian dibinasakan, ketika Umaym
memasuki wilayah Al Abar (Wabar, suatu tempat di
Yaman) dan dibinasakan di sana. Di sekitar Yamamah
dan Al Shihr tidak ada yang bepergian di sana karena
wilayahnya telah dikuasai Jin. Daerah tersebut dikenal
dengan Ubar karena berasal dari nama Abar bin
Umaym.
Keturunan Joktan bin Eber memasuki Yaman dan
kemudian menamainya Yaman yang berarti Selatan.
Beberapa kaum dari Kan'an memasuki Syria yang
namanya adalah Al-Sham maka dari itu wilayah Syria
dahulu dikenal dengan nama Syam .
Diceritakan dari Damrah bin Rabiah dari Ibnu Ata dari
Ayahnya bahwa Ham menurunkan keturunan yang
berkulit hitam dan berambut keriting. Rambut mereka
tipis. Yafith menurunkan keturunan yang berwajah
datar dan bermata kecil atau sipit, sedangkan Sam
menurunkan keturunan yang berwajah tampan dan
berambut indah.
Cucu
Keturunan Ham
Kush bin Ham: Ibnu Thabari menyebutkan istri Kush
bernama Qarnabil binti Batawil bin Tiras dan darinya
menurunkan Habsyah, Hind dan Sind .
Phut bin Ham: Ibnu Thabari menyebutkan istri Phut
bernama Bakht binti Batawil. Put kemudian berdiam
bersama keturunan Kush yaitu Hind dan Sind di
wilayah India.
Kan`an bin Ham: Ibnu Thabari menyebutkan istri
Kan'an bernama Arsal binti Batawil bin Tiras dan
darinya menurunkan bangsa berkulit hitam atau negro,
Nubia, Fezzan, Zanj dan Zaghawah.
Mizraim bin Ham: Ibnu Thabari menyebutkan
keturunan Mizraim adalah bangsa Koptik dan Barbar.
Egyptus binti Ham: Anak Ham yang satu ini adalah
seorang wanita.
Keturunan Sam
Lud bin Sam: Ibnu Ishaq menyebutkan Lud kawin
dengan anak perempuan Yafith yaitu Shakbah dan
melahirkan baginya Faris, Jurjan, dan ras yang
mendiami wilayah Persia. Kemudian dari Lud lahir pula
Tasm dan Imliq tapi tidak diketahui apakah mereka stu
ibu atau tidak dengan Faris bin Lud. Imliq berdiam di
wilayah tanah suci.
Imliq kemudian menurunkan bangsa Amalek yang
kemudian menyebar di wilayah Uman, Hijaz, Syria dan
Mesir. Dari keturunan Lud ini melahirkan bangsa
bangsa perkasa di Syria yang disebut dengan bangsa
Kanaanit. Dari Lud juga menurunkan Firaun Mesir,
penduduk Bahrayn dan Uman yang kemudian dikenal
dengan bangs Jasim. Penghuni Madinah seperti Bani
Huff, Sad bin Hizzan, Banu Matar dan Banu Al-Azraq,
Penduduk Najd yaitu Badil dan Rahil, Penduduk Tayma
adalah keturunan dari Lud bin Sham.
Bani Umaym bin Lud berdiam di Wabar yang
merupakan daerah gurun yang dikenal dengan gurun
Alij dan berkembang disana. Kemudian mereka berbuat
ingkar disana dan akhirnya Allah menghancurkan
mereka. Satu-satunya suku mereka yang tersisa dari
bencana tersebut adalah suku Nasnas.
Tasm bin Lud berdiam di Yamamah (kota kuno
Bahrayn). Dari keturunan Lud seperti Tasm, Amalek,
Umaym dan Jasim menggunakan dialek arab,
sedangkan dari keturunan Lud yang lain seperti Faris
menggunakan dialek Farsi.
Keturunan Lud bin Sham dan termasuk keturunan
Madhay bin Yafith kemudian pergi menuju Gomer dan
Gomer kemudian menjaga mereka dan membiarkan
mereka berkembang di wilayahnya. Dari bangsa
Madhay ini menurunkan bangsa Media yang salah satu
rajanya adalah Cyrus Agung.
Salah satu bangsa Barbar adalah keturunan dari
Thamila bin Marib bin Faran bin Amr bin imliq bin Lud
bin Sham. Bangsa yang pertama kali berbicara dengan
bahasa Arab adalah Imliq bin Lud setelah
kepindahannya dari Babylonia .
Aram bin Sam: Aram bin Shem menurunkan Uz,
Mash, Gether dan Hul. Kemudian Uz menurunkan
Gether, ʿĀd dan Ubayl. Gether bin Aram menurunkan
Tsamud dan Judays . Mereka ini berbicara dengan
bahasa Arab Mudari. Mereka ini dikenal dengan Arab
Aribah atau Arab asli karena dari merekalah bahasa
Arab berasal. Dari keturunan Aram dan Lud ini
melahirkan bangsa Arab pertamaatau bangsa Arab
Aribah.
ʿĀd berdiam di gurun disekitar jalan menuju Hadramaut
di Yaman. Tsamud memahat pegunungan untuk
dijadikan tempat tinggalnya yang berada antara Hijaz
dan Syria dan sejauh Wadi al-Qura. Judays mengikuti
Tasm dan berdiam di lingkungan Yamamah sampai
Bahrayn. Nama Yamamah pada saat itu adalah Jaww.
Sedangkan Jasim berdiam di Uman. Mash menurunkan
bangsa Nabatea yang silsilahnya adalah Nabit bin
Mash bin Aram.
Di Era kaum ʿĀd, mereka dikenal dengan ʿĀd dari Iram,
ketika kaumAd dihancurkan maka kaum Tsamud
disebut Iram. Setelah Tsamud dihancurkan keturunan
Iram yang tersisa disebut dengan Arman atau
Aramean.
Arfaqsyad bin Sam: Arpkasyad menurunkan umat-
umat pilihan dan darinya kebanyakan nabi berasal. Ia
mempunyai anak yang bernama Qaynam yang tidak
diceritakan di dalam Taurat . Ia tidak diceritakan di
dalam taurat karena ia menyebut dirinya sebagai dewa
dan mempelajari sihir. Qaynamkemudian menurunkan
anak yang bernama Shelah, dan menurunkan Abir. Bagi
Abir menurunkan 2 anak, yaitu Peleg atau Qasim dan
Yoktan atau Qahthan yang menurunkan 2 anak, yaitu
Yarub dan Yaqtan. Yoktan adalah penguasa pertama
atas negeri Yaman.
Arpaksyad juga mempunyai anak yang bernama
Nimrod yang mendiami sekitar wilayah Al-Hijr. Sham
lahir ketika Nuh berumur 500 tahun, kemudian
Arpaksyad lahir ketika Sham berumur 102 tahun.
Qaynam lahir ketika umur Arpaksyad 35 tahun, Shelah
lahir ketika Qaynam berumur 39 tahun, Eber lahir ketika
Shelah berumur 30 tahun.
Yoktan bin Eber bin Shaleh bin Arfaqsyad darinya
menurunkan bangsa Hind dan Sind terkemudian.
Silsilahnya kembali kepada Buqayin bin Yoktan. Dari
Yoktan melahirkan Yarub menurunkan Yashjub
menurunkan Saba. Saba menurunkan Himyar, Kahlan,
Amr, Al-Ashar, Anmar, Murr, Amilah. Amr bin Saba
menurunkan Adi. Adi menurunkan Lakhm dan
Judham.
Ghalem bin Sam: Dikisahkan bahwa keturunan dari
Ghalem ini adalah bangsa Persia.
Asshur bin Sam: Sedangkan dari Asshur
keturunannya adalah menjadi bangsa Assyria.
Keturunan Yafith
Meshech bin Yafith: Darinya menurunkan Ashban.
Menurut Blachere Ashban adalah koloni dari Ishafan
yang menetap di Syria , Mesir , Afrika Utara, dan
Spanyol .
Yavan bin Yafith: Darinya menurunkan Slavia dan
Burjan atau Bulgar. Bangsa Byzantium adalah
keturunan dari Lanta bin Javan.
Magogh bin Yafith: Dari Magogh inilah bangsa Yajuj
dan Majuj yang telah diramalkan akan datang pada
akhir zaman.
Khatubal bin Yafith
Ma'za bin Yafith
Tyrash bin Yafith
Bahtera Nuh
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahtera Nuh
Gunung Ararat di negara Turki yang
diduga sebagai tempat berlabuhnya
Bahtera Nuh.
Menurut Al Qur'an , bahtera Nuh telah mendarat di
Bukit Judi dan banyak perbedaan pendapat mengenai
Bukit Judi tersebut, baik dari para ulama maupun
temuan arkeolog. Ada pendapat [siapa? ] yang
menunjukkan suatu gunung di wilayah Kurdi atau
tepatnya di bagian selatan Armenia , ada pendapat lain
dari Wyatt Archeological Research, bukit tersebut
terletak di wilayah Turkistan Iklim Butan, Timur laut
pulau yang oleh orang-orang Arab disebut sebagai
Jazirah Ibnu Umar (Tafsir al-Mishbah).
Di dalam Alkitab menyebutnya terdampar di Gunung
Ararat Turki. Para arkeolog Cornuke dan tim
mengatakan bahwa bahtera Nuh diduga telah
ditemukan di Iran . Lokasinya tidak sesuai seperti yang
dijelaskan dalam kitab Kejadian ; Bahtera ini telah
melakukan perjalanan dari timur mengarah ke
Mesopotamia . Cornuke dan tim berpikir bahwa Gunung
Ararat adalah kemungkinan besar sebagai sebuah
pengalihan saja. "Alkitab memberikan petunjuk di sini
tetapi ini bukanlah mengarah ke Turki, tetapi mengarah
langsung ke Iran ." [9]
Berdasarkan foto yang dihasilkan dari gunung Ararat,
menunjukkan sebuah perahu yang sangat besar
diperkirakan memiliki luas 7.546 kaki dengan panjang
500 kaki, lebar 83 kaki dan tinggi 50 kaki dan masih ada
tiga tingkat lagi di atasnya.
Tingkat pertama diletakkan binatang-binatang liar
dan yang sudah dijinakkan
Tingkat kedua ditempatkan manusia
Tingkat ketiga burung-burung
Nuh menurut Kristen
Bahtera Nuh , karya Edward
Hicks , dibuat tahun 1846.
Sebuah peta T dan O yang
menggambarkan tentang
pembagian koloni masyarakat,
mengidentifikasikan tiga benua
sebagai populasi dari keturunan
Sem (Shem), Ham (Cham) dan Yafef
(Japeth).
Nuh adalah anak laki-laki Lamekh, yang dilahirkan pada
saat Lamekh berumur 182 tahun.[10] Ia dilahirkan 1.056
tahun setelah Adam. [11] Dari 10 generasi setelah
Adam, Nuh adalah orang ketiga yang memiliki umur
terpanjang, mencapai 950 tahun. [12] Namanya juga
tercatat dalam silsilah Yesus di Lukas 3: 36.
Nuh digambarkan sebagai orang yang benar di antara
orang-orang lain yang hidup di zamannya. Kejadian 6:8
mencatat, "Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata
Tuhan". Pada saat itu, manusia hidup bergelimang
dosa sehingga Allah memutuskan untuk menjatuhkan
hukuman dengan bersabda "Aku akan memusnahkan
mereka bersama-sama dengan bumi" [13]. Akan tetapi,
Allah tidak menghancurkan segala-galanya. Dia
memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah
bahtera besar untuk menyelamatkan sebagian makhluk
ciptaan-Nya.
Setelah bahtera itu selesai, Kitab Kejadian
menggambarkan bahwa air bah merendam bumi
selama 150 hari lamanya dan setelah itu air mulai
surut. Nuh menunggu hingga bumi benar-benar kering
sebelum membuka pintu bahtera. Nuh kemudian keluar
bersama keluarga dan semua binatang yang ada di
dalam bahtera tersebut.
Setelah Nuh diselamatkan, Allah mengadakan
perjanjian dengan Nuh dan memberkatinya [14] . Inilah
perjanjian yang pertama dikenal dan bersifat universal
karena meliputi seluruh umat manusia. Di kemudian
hari, Allah mengadakan perjanjian pula dengan
Abraham , tetapi perjanjian itu dianggap bersifat lebih
khusus.
Etimologi
Nama Nuh berasal dari Ibrani נֹחַ , נוֹחַ (Nōăḥ ), yang
berarti "hinggap", "menentramkan", "berhenti", atau
"istirahat" ( 2 Raja-raja 2:15; Ratapan 5:5; Ulangan 5:14 ).
Arti nama Nuh berdasarkan asal kata tersebut adalah
"sabat", "istirahat", dan "penghiburan". [11]
Keluarga
Alkitab hanya mencatat Nuh memiliki tiga orang anak,
Sem , Ham dan Yafet yang dilahirkan setelah Nuh
berumur 500 tahun [15], sebelum air bah terjadi. Ketika
Sem berusia 100 tahun, dua tahun setelah air bah, ia
dikaruniai Arpakhsad[16] . Oleh karena itu Sem hanya
berusia 98 ketika banjir datang. Ham dikatakan sebagai
yang termuda [17].
Nama istri Nuh tidak disebut dalam Alkitab, menurut
Kitab Yobel (termasuk dalam kanon Gereja Ortodoks
Ethiopia ) namanya adalah Emzara.
Tradisi Yahudi menulis nama istri Nuh adalah Naama
(atau Naamah ), putri Lamekh dan saudara perempuan
Tubal-Kain .[18] Demikian pula Komentator Alkitab
Ibrani , Rashi , yang hidup pada abad ke-11 M, dalam
komentarinya mengenai Sefer Bereishis 4:22. [19]
Sebuah Midrash dari abad pertengahan , yang dikenal
sebagai "Kitab Yasar" (Book of Jasher 5:15), juga
menuliskan nama istri Nuh adalah Naamah, putri
Henokh . [20]
MAKAM NABI NUH as

Senin, 18 September 2017

NABI IDRIS AS



NABI IDRIS AS.

Nama: Idris/Akhnukh bin Yarid, nama Ibunya
Asyut.
Garis Keturunan: Adam As. Syits Anusy
Qinan
Mihlail Yarid Idris As.
Usia: 345 tahun di bumi.
Periode sejarah: 4533-4188 SM.
Tempat diutus: Irak Kuno (Babylon, Babilonia)
dan Mesir
(Memphis).
Tempat wafat: Allah mengangkatnya ke langit
dan ke
surga.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2
kali.

Nabi idris a.s.
Diriwayatkan Nabi Idris as. telah naik
ke langit pada hari Isnin. Peristiwa
naiknya Nabi Idris as. ke langit ini,
telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam
Al-Quran.
Firman Allah SWT bermaksud:
Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka) kisah, Idris yang
tersebut di dalam Al-Quran.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang
sangat membenarkan dan seorang Nabi.
Dan Kami telah mengangkatnya ke
martabat yang tinggi. (Maryam: 56-57)
Nama Nabi Idris as. yang sebenarnya
adalah Akhnukh. Sebab beliau
dinamakan Idris, kerana beliau banyak
membaca, mempelajari (tadarrus) kitab
Allah SWT.
Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis
(baju kemeja), setiap kali beliau
memasukkan jarum untuk menjahit
pakaiannya, beliau mengucapkan
tasbih. Jika pekerjaannya sudah
selesai, kemudian pakaian itu
diserahkannya kepada orang yang
menempahnya dengan tanpa meminta
upah. Walaupun demikian, Nabi Idris
masih sanggup beribadah dengan
amalan yang sukar untuk digambarkan.
Sehingga Malaikat Maut sangat rindu
berjumpa dengan beliau.
Kemudian Malaikat Maut bermohon
kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk
pergi menemui Nabi Idris as. Setelah
memberi salam, Malaikat pun duduk.
Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan
berpuasa sepanjang masa. Apabila
waktu berbuka telah tiba, maka
datanglah malaikat dari Syurga
membawa makanan Nabi Idris, lalu
beliau menikmati makanan tersebut.
Kemudian baginda beribadah sepanjang
malam. Pada suatu malam Malaikat
Maut datang menemuinya, sambil
membawa makanan dari Syurga. Nabi
Idris menikmati makanan itu. Kemudian
Nabi Idris berkata kepada Malaikat
Maut: Wahai tuan, marilah kita nikmati
makanan ini bersama-sama. Tetapi
Malaikat itu menolaknya.
Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya,
sedangkan Malaikat Maut itu dengan
setia menunggu sampai terbit matahari.
Nabi Idris merasa hairan melihat sikap
Malaikat itu. Kemudian beliau berkata:
Wahai tuan, mahukah tuan bersiar-siar
bersama saya untuk melihat keindahan
alam persekitaran? Malaikat Maut
menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah
Idris.
Maka berjalanlah keduanya melihat
alam persekitaran dengan berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan hidup di situ.
Akhirnya ketika mereka sampai pada
suatu kebun, maka Malaikat Maut
berkata kepada Nabi Idris as.:
Wahai Idris, adakah tuan izinkan saya
untuk mengambil ini untuk saya
makan? Nabi Idris pun menjawab:
Subhanallah, mengapa malam tadi tuan
tidak mahu memakan makanan yang
halal, sedangkan sekarang tuan mahu
memakan yang haram?
Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris
meneruskan perjalanan mereka. Tidak
terasa oleh mereka bahawa mereka
telah bersiar-siar selama empat hari.
Selama mereka bersahabat, Nabi Idris
menemui beberapa keanehan pada diri
temannya itu. Segala tindak-tanduknya
berbeza dengan sifat-sifat manusia
biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat
menahan hasrat ingin tahunya itu.
Kemudian beliau bertanya: Wahai tuan,
bolehkah saya tahu, siapakah tuan
yang sebenarnya?
Saya adalah Malaikat Maut.
Tuankah yang bertugas mencabut
semua nyawa makhluk?
Benar ya Idris.
Sedangkan tuan bersama saya selama
empat hari, adakah tuan juga telah
mencabut nyawa-nyawa makhluk?
Wahai Idris, selama empat hari ini
banyak sekali nyawa yang telah saya
cabut. Roh makhluk-makhluk itu
bagaikan hidangan di hadapanku, aku
ambil mereka bagaikan seseorang
sedang menyuap-nyuap makanan.
Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan
datang, apakah untuk ziarah atau untuk
mencabut nyawaku?
Saya datang untuk menziarahimu dan
Allah SWT telah mengizinkan niatku
itu.
Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah
satu permintaanku kepadamu, iaitu agar
tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan
mohonkan kepada Allah agar Allah
menghidupkan saya kembali, supaya
aku dapat menyembah Allah Setelah
aku merasakan dahsyatnya sakaratul
maut itu.
Malaikat Maut pun menjawab:
Sesungguhnya saya tidaklah mencabut
nyawa seseorang pun, melainkan hanya
dengan keizinan Allah.
Lalu Allah SWT mewahyukan kepada
Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa
Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa
Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun
merasakan kematian ketika itu.
Di waktu Malaikat Maut melihat
kematian Nabi Idris itu, maka
menangislah ia. Dengan perasaan hiba
dan sedih ia bermohon kepada Allah
supaya Allah menghidupkan kembali
sahabatnya itu. Allah mengabulkan
permohonannya, dan Nabi Idris pun
dihidupkan oleh Allah SWT kembali.
Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi
Idris, dan ia bertanya: Wahai
saudaraku, bagaimanakah tuan
merasakan kesakitan maut itu?
Bila seekor binatang dilapah kulitnya
ketika ia masih hidup, maka sakitnya
maut itu seribu kali lebih sakit
daripadanya.
Padahal-kelembutan yang saya
lakukan terhadap tuan, ketika saya
mencabut nyawa tuan itu, belum pernah
saya lakukan terhadap sesiapa pun
sebelum tuan.
Wahai Malaikat Maut, saya
mempunyai permintaan lagi kepada
tuan, iaitu saya sungguh-sungguh
berhasrat melihat Neraka, supaya saya
dapat beribadah kepada Allah SWT
lebih banyak lagi, setelah saya
menyaksikan dahsyatnya api neraka
itu.
Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi
ke Neraka jika tanpa izin dari Allah
SWT.
Akhirnya Allah SWT mewahyukan
kepada Malaikat Maut agar ia
membawa Nabi Idris ke dalam Neraka.
Maka pergilah mereka berdua ke
Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as.
dapat melihat semua yang diciptakan
Allah SWT untuk menyiksa musuh-
musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang
panas, ular yang berbisa, kala, api yang
membara, timah yang mendidih, pokok-
pokok yang penuh berduri, air panas
yang mendidih dan lain-lain.
Setelah merasa puas melihat keadaan
Neraka itu, maka mereka pun pulang.
Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada
Malaikat Maut: Wahai Malaikat Maut,
saya mempunyai hajat yang lain, iaitu
agar tuan dapat menolong saya
membawa masuk ke dalam Syurga.
Sehingga saya dapat melihat apa-apa
yang telah disediakan oleh Allah bagi
kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya
pun dapat meningkatkan lagi ibadah
saya kepada Allah SWT. Saya tidak
dapat membawa tuan masuk ke dalam
Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.
Jawab Malaikat Maut.
Lalu Allah SWT pun memerintahkan
kepada Malaikat Maut supaya ia
membawa Nabi Idris masuk ke dalam
Syurga.
Kemudian pergilah mereka berdua,
sehingga mereka sampai di pintu
Syurga dan mereka berhenti di pintu
tersebut.
Dari situ Nabi Idris dapat melihat
pemandangan di dalam Syurga. Nabi
Idris dapat melihat segala macam
kenikmatan yang disediakan oleh Allah
SWT untuk para wali-waliNya. Berupa
buah-buahan, pokok-pokok yang indah
dan sungai-sungai yang mengalir dan
lain-lain.
Kemudian Nabi Idris berkata: Wahai
saudaraku Malaikat Maut, saya telah
merasakan pahitnya maut dan saya
telah melihat dahsyatnya api Neraka.
Maka mahukah tuan memohonkan
kepada Allah untukku, agar Allah
mengizinkan aku memasuki Syurga
untuk dapat meminum airnya, untuk
menghilangkan kesakitan mati dan
dahsyatnya api Neraka?
Maka Malaikat Maut pun bermohon
kepada Allah. Kemudian Allah memberi
izin kepadanya untuk memasuki Syurga
dan kemudian harus keluar lagi. Nabi
Idris pun masuk ke dalam Syurga,
beliau meletakkan kasutnya di bawah
salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar
kembali dari Syurga. Setelah beliau
berada di luar, Nabi Idris berkata
kepada Malaikat Maut:
Wahai Malaikat Maut, aku telah
meninggalkan kasutku di dalam Syurga.
Malaikat Maut pun berkata: Masuklah
ke dalam Syurga, dan ambil kasut
tuan.
Maka masuklah Nabi Idris, namun
beliau tidak keluar lagi, sehingga
Malaikat Maut memanggilnya: Ya Idris,
keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut,
kerana Allah SWT telah berfirman
bermaksud: Setiap yang berjiwa akan
merasakan mati. (Ali-Imran: 185)
Sedangkan saya telah merasakan
kematian. Dan Allah berfirman yang
bermaksud: Dan tidak ada seorang pun
daripadamu, melainkan mendatangi
Neraka itu. (Maryam: 71)
Dan saya pun telah mendatangi Neraka
itu. Dan firman Allah lagi yang
bermaksud: “… Dan mereka sekali-kali
tidak akan dikeluarkan daripadanya
(Syurga). (Al-Hijr: 48)
Maka Allah menurunkan wahyu kepada
Malaikat Maut itu: Biarkanlah dia,
kerana Aku telah menetapkan di azali,
bahawa ia akan bertempat tinggal di
Syurga.
Allah menceritakan tentang kisah Nabi
Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan
firman-Nya bermaksud: Dan
ceritakanlah (hai Muhammad kepada
mereka, kisah) Idris yang tersebut di
dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah
seorang yang sangat membenarkan dan
seorang Nabi. Dan kami telah
mengangkatnya ke martabat yang
tinggi. (Maryam: 56-57)

Nabi Yahya As

NABI YAHYA Allah SWT berfirman: "Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: 'Ya Tuh...