DZULKIFLI AS.
Nama: Dzulkifli/Bisyr/Basyar bin Ayyub.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒
Syits ⇒ Anusy ⇒
Qinan ⇒
Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒
Lamak ⇒
Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒
Abir
⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒
Tarakh ⇒ Ibrahim As.
⇒ Ishaq
As. ⇒ al-‘Aish ⇒ Rum ⇒
Tawakh ⇒ Amush ⇒
Ayyub As.
⇒ Dzulkifli
As.
Usia: 75 tahun.
Periode sejarah: 1500-1425 SM.
Tempat diutus: Damaskus dan sekitarnya.
Tempat wafat: Damaskus.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori
(Kaum
Rom), Syria dan Yordania.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2
kali.
Zulkifli ( bahasa Arab : ﺫﻭ ﺍﻟﻜﻔﻞ , Dhū'l-Kifl ) (sekitar
1500-1425 SM) adalah salah satu nabi dalam ajaran
Islam yang diutus kepada kaum Amoria di Damaskus.
Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1460 SM dan
diutus untuk mengajarkan tauhid kepada kaumnya
yang menyembah berhala supaya menyembah Tuhan
Yang Maha Esa, taat beribadah, dan membayar zakat .
Ia memiliki 2 orang anak dan meninggal ketika berusia
95 tahun di Damaskus Syiria . Namanya disebutkan
sebanyak 2 kali di dalam Al-Quran.
Beberapa umat muslim masih mempertanyakan
statusnya sebagai nabi. Tetapi ada juga sejumlah umat
muslim yang percaya bahwa ia adalah orang beriman
dan penyabar yang disebutkan dalam Al-Qur'an namun
bukan seorang nabi.
Etimologi
Nama Zulkifli ia dapat ketika pada suatu hari, Raja
mengumpulkan rakyatnya dan bertanya, "Siapakah
yang sanggup berlaku sabar, jika siang berpuasa dan
jika malam beribadah?"
Tak ada seorang pun yang berani menyatakan
kesanggupannya. Menurut Mufassirin , akhirnya
seorang anak muda yang bernama asli Basyar
mengacungkan tangan dan berkata ia sanggup
melakukan itu. Sejak saat itulah ia dipanggil dengan
julukan Zulkifli yang artinya 'Sanggup'.
Riwayat Hidup
Riwayat Zulkifli sedikit sekali disebutkan dalam Al-
Qur'an. Ia adalah putra Nabi Ayub yang lolos dari
reruntuhan rumah Nabi Ayub yang menewaskan semua
anak Nabi Ayub. Zulkifli adalah orang yang taat
beribadah. Ia melakukan sembahyang seratus kali
dalam sehari.
Menjadi raja
Suatu ketika, raja di negeri Rom saat itu, Nabi Ilyasa
sudah semakin tua. Karena tak memiliki calon
pengganti, raja mengadakan sayembara kepada kaum
Rom, bahwa siapapun yang ber puasa di siang hari,
beribadah di malam hari, dan tidak melakukan marah,
ia akan diangkat menjadi raja.
Hal ini terdapat dalam riwayat Ibnu Jarir :
“ Apabila
Al-Yasa AS (Nabi Ilyasa).
meningkat tua, dan ingin memberikan
tugas untuk memimpin bangsa Israel
kepada yang sesuai. Baginda
mengumumkan: Hanya orang tersebut
akan dipertimbangkan untuk
menggantikan baginda dan yang
berpuasa pada siang hari, mengingati
Allah pada malam hari dan menahan
diri daripada sifat marah. Salah
seorang daripada mereka (Basyar)
berdiri dan berkata: Aku akan patuh
kepada syarat-syarat tersebut. Baginda
mengulangi syarat-syarat itu semula
sebanyak tiga kali dan lelaki yang
sama berjanji dengan bersungguh-
sungguh akan memenuhi syarat-syarat
tersebut. Maka dia dilantik untuk
membawa tugas tersebut. ”
Dari kutipan riwayat di atas, Basyar menyanggupi
semua persyaratan yang diberikan raja kepadanya. Ia
pun dinobatkan menjadi raja. Pada masa
pemimpinannya, ia berjanji kepada rakyatnya untuk
menjadi hakim adil dalam menyelesaikan perkara.
Karena keadilan dia, maka ia disebut sebagai Zulkifli
pada masa itu.
Gangguan setan
Allah mengangkatnya sebagai nabi dan rasul . Setelah
beberapa lama menjadi raja, dia memenuhi segala
janjinya, sehingga Allah memberinya ujian kepadanya
dengan setan yang berkeinginan untuk menggoyahkan
imannya.
Suatu ketika, setan menjelma sebagai musafir lelaki
tua. Keinginannya adalah membuat marah Zulkifli. Ia
memaksa penjaga untuk dapat masuk istana dan
menemui Zulkifli pada larut malam. Lelaki tua itu
diizinkan masuk oleh penjaga istana. Dalam pertemuan
tersebut, setan mengadu kepada Zulkifli tentang
kekejaman orang lain terhadap dirinya. Namun Zulkifli
menyuruhnya untuk datang besok malam ketika kedua
belah pihak sudah merasa siap untuk bertemu. Namun
musafir tersebut mengingkarinya dan malah datang
pagi hari.
Keesokan harinya, musafir tersebut datang dan
mengadu seperti pada malam sebelumnya. Maka
Zulkifli menyuruhnya untuk datang pada malam hari
saja. Lelaki itu berjanji dengan bersungguh-sungguh
pada Zulkifli untuk datang pada malam hari. Namun ia
mengingkarinya.
Pada hari yang ketiga, musafir itu datang lagi. Pada
kali ini, tidak ada tanggapan dari Zulkifli. Maka setan
itu tersebut menyelinap menembus pintu dan
menunjukkan dirinya kepada Zulkifli. Zulkifli sangat
terkejut melihat jelmaan setan tersebut. Lalu dia pun
mengtahui bahwa musafir itu adalah setan yang
mencoba membuatnya marah namun setan itu gagal.
Karena keberhasilan Zulkifli menahan amarah, maka
oleh Allah ia diangkat sebagai seorang nabi.
Kaum Rom
Nabi Zulkifli diutus oleh Allah kepada kaum Rom agar
selalu mengingat satu Tuhan dan tidak menyembah
berhala.
Suatu ketika terjadi pemberontakan di negerinya oleh
orang-orang yang durhaka kepada Allah. Zulkifli
menyeru pada rakyatnya agar berperang, namun
mereka semua takut mati sehingga tak seorang pun
yang mau berperang. Mereka pun meminta Zulkifli
untuk berdoa kepada Allah SWT agar mereka semua
tidak mati dan menang dalam perang. Zulkifli pun
berdoa kepada Allah dan Allah pun mengabulkan
doanya.
Referensi al-Qur'an
Zulkifli disebutkan dalam ayat Al-Qur'an Surat Al
Anbiyaa' dan Surat Shaad :
“ ...dan
(ingatlah kisah) Ismail, Idris dan
Zulkifli. Semua mereka termasuk
orang-orang yang sabar. Kami telah
memasukkan mereka kedalam rahmat
Kami. Sesungguhnya mereka termasuk
orang-orang yang saleh (Surah Al-
Anbiya' :85-86) ”
“ ...dan
ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan
Zulkifli. Semuanya termasuk orang-
orang yang paling baik ( Surah Sad :48) ”
Dalam kedua masalah tersebut, Zulkifli yang disebut
sebagai nabi dalam Al-Qur'an tersebut dapat juga
merupakan orang lain yang tidak disebut dalam ayat
tersebut.
Pendapat dan kontroversi
tentang Zulkifli
Sebagian muslim sependapat dengan pandangan
Muhammad bin Jarir al-Tabari , mengangap Zulkifli
adalah orang baik dan sabar yang selalu menolong
kaumnya dan membela kebenaran, namun bukan
seorang nabi. Sebagian lainnya percaya bahwa dia
seorang nabi.
Menurut Baidawi, Zulkifli seperti dengan nabi Yahudi
bernama Yehezkiel yang dibawa ke Babilonia setelah
kehancuran Yerussalem . Baginda dirantai dan
dipenjarakan oleh Raja Nebukadnezar . Baginda
menghadapi segala kesusahan dengan sabar dan
mencela perbuatan mungkar Bani Israil.
Menurut versi lain nama aslinya Waidiah bin Adrin . Ia
nabi bagi penduduk Suriah dan sekitarnya. Ia
membangun kota Kifl di Irak .
Ada dua tempat yang diyakini sebagai makam
Zulkifli. Pertama di Kifl, Irak dekat Najaf dan Al-Hillah
dan yang kedua di Nawa, Suriah.
Seseorang yang telah ditentukan oleh Allah SWT
untuk menjadi nabi dan rasul adalah hamba yang
terbaik, sabar dan saleh. Tersebutlah nama Nabi
Zulkifli ‘alaihis
salam di antaranya. Ayah Nabi
Zulkifli bernama Nabi Ayyub ‘alaihis salam.
Ibunya bernama Rahmah. Dengan demikian, Nabi
Zulkifli masih terhitung cucu Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam. Sebetulnya nama asli Nabi Zulkifli ialah
Basyar. Namun karena ia selalu mampu
memegang amanat dan janji, maka dijuluki
Zulkifli. Secara sederhana, Zulkifli berarti orang
yang sanggup.
Sejak kecil hingga dewasa, Nabi Zulkifli belum
pernah berbohong kepada siapapun. Semua janji
yang diucapkannya senantiasa ditepati, sehingga
teman-teman dan orang-orang sangat senang
kepadanya. Selain itu, ia cepat dikenal masyarakat
lantaran semua tingkah lakunya mencerminkan
kebaikan dan kebenaran. Sikap dan pendiriannya
tidak mudah goyah. Emosinya benar-benar
terkontrol secara baik. Saat ditimpa cobaan dan
mendapat masalah, ia pun menerimanya secara
sabar, tanpa mau mengeluh atau cerita ke orang
lain. Ia lebih suka curhat dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
Nabi Zulkifli dibesarkan di sebuah negara yang
dipimpin oleh seorang raja yang arif dan
bijaksana. Raja tidak suka mementingkan dirinya.
Semua pikiran, tenaga dan harta kekayaannya
ditumpahkan demi wilayah dan bangsa yang
dicintainya. Wajar bila seluruh rakyatnya hidup
makmur dalam suasana kedamaian. Sayangnya
raja itu sudah sangat tua dan tidak memiliki
keturunan sama sekali. Sang raja sangat bingung
dan gelisah mengenai penggantinya kelak,
termasuk nasib negara dan warganya.
Nabi Zulkifli Memenangkan Sayembara
Berhari-hari sang raja memikirkan persoalan
tersebut. Ia pun meminta pertimbangan dan
berdiskusi dengan para penasehat istana.
Akhirnya ditemukan jalan keluar terbaik, yakni
mengadakan sayembara terbuka. Dalam tempo
cepat pengumuman sayembara sudah tersebar ke
seluruh daerah kekuasaannya. Di antara materi
sayembara itu ialah untuk memberi kesempatan
kepada seluruh rakyatnya agar bisa memimpin
negaranya. Adapun caranya, rakyat diminta hadir
di halaman istana yang luas pada hari dan waktu
yang telah ditentukan.
Saat yang ditunggu tiba. Sejak pagi hari rakyat
berbondong-bondong datang memenuhi alun-alun
istana untuk mengikuti sayembara. Nabi Zulkifli
ada di antara kerumunan massa. Mereka harap-
harap cemas menanti kemunculan raja di
panggung utama. Beberapa dari mereka ada yang
percaya diri dan yakin akan bisa duduk di atas
singgasana menggantikan raja. Setelah para
pengawal istana berusaha menenangkan rakyat,
raja baru menampakkan diri dengan baju
kebesarannya. Spontan terdengar gemuruh tepuk
tangan menandai rasa hormat dan cintanya
terhadap raja.
Raja berdiri di mimbar. Ia memandangi lautan
manusia yang telah menyemut dan menanti
pernyataannya. Rakyat terdiam, suasana hening.
“Wahai
seluruh rakyat yang aku cintai, seperti
diketahui, kini aku sudah lanjut usia. Aku pun
tidak mempunyai keturunan yang bisa
meneruskan kejayaan kerajaan ini. Sementara aku
tidak akan lama lagi berada di antara kalian.
Sebagaimana yang berlaku selama ini, titah raja
selalu dituruti dan tingkah lakunya diikuti
rakyatnya. Maka dari itu, aku akan mengambil
salah satu dari kalian yang terbaik. Sebagai
persyaratan utama, orang yang akan menempati
posisiku adalah orang yang pada siang hari
melakukan puasa dan malam hari mengerjakan
ibadah.” Demikian
isi pidato raja dengan nada
bicara yang tegas dan berwibawa.
Seusai memberikan penjelasan, raja
mempersilakan rakyatnya yang merasa sanggup
dengan persyaratannya agar mengangkat
tangannya. Namun setelah ditunggu beberapa
lama, tidak ada seorang pun yang berani
mengacungkan jarinya. Bagi mereka, ketentuan
itu jelas sangat berat. Tiba-tiba Nabi Zulkifli
mengangkat tangan, melangkah ke hadapan raja,
kemudian berkata dengan mantap tapi tetap
rendah hati, “Maaf
baginda, kiranya hamba
sanggup menjalankan puasa pada siang hari dan
mengerjakan ibadah pada malam hari.”
Semua yang hadir terkejut, tak terkecuali raja.
Raja tidak yakin kepadanya mengingat usia Nabi
Zulkifli masih sangat muda. Raja mengamati Nabi
Zulkifli secara detail dari ujung rambut hingga
ujung kaki. Nabi Zulkifli kembali menegaskan,
“Wahai
paduka, hamba tidak main-main dengan
ucapan hamba. Apa yang paduka minta akan
hamba laksanakan.”
Raja terdiam sejenak, lantas
memutuskan untuk mengabulkan permohonan
Nabi Zulkifli. Selang beberapa menit acara
sayembara usai. Rakyat membubarkan diri,
pulang ke rumah masing-masing.
Nabi Zulkifli Tidak Terlena Kemewahan
Malam harinya sang raja bisa tidur tenang. Ia
senang sebab sudah menemukan putra mahkota.
Sejak itu Nabi Zulkifli tinggal di dalam istana
menemani kegiatan-kegiatan raja. Namun,
kemewahan segala fasilitas istana, kilauan
permata, hamparan permadani, dan empuknya
ranjang tidur tidak membuat Nabi Zulkifli lupa
daratan. Ia tetap menjadi diri sendiri, hidup
sederhana seperti dulu. Menjelang detik-detik
mangkat, raja berpesan kepada Nabi Zulkifli agar
tetap menjalankan persyaratan sepeninggalnya.
Nabi Zulkifli pun bersumpah akan menjaga
amanat tersebut hingga akhir hayatnya.
Kewafatan sang raja menimbulkan duka yang
mendalam bagi rakyatnya, apalagi bagi Nabi
Zulkifli. Mereka berduyun-duyun mengantarkan
raja ke peristirahatan terakhirnya. Negeri itu
dirundung masa berkabung beberapa hari. Sesuai
kesepakatan, kekosongan kursi raja segera
ditempati Nabi Zulkifli yang merangkap sebagai
hakim. Rakyat sangat berharap pemimpin baru
mereka lebih membawa kebaikan, kemakmuran
dan kedamaian. Setelah menjadi raja, Nabi
Zulkifli mulai mengatur jadwal berpuasa,
beribadah serta melayani rakyatnya sepenuh jiwa
dan raganya.
Nabi Zulkifli bekerja hampir tidak mengenal
waktu, pagi, siang maupun malam. Seluruh
kebutuhan dasar rakyatnya dipenuhi. Urusan-
urusan mereka diselesaikannya secara baik dan
adil, tanpa menimbulkan gejolak atau
memunculkan konflik baru. Ia tidak mau
membeda-bedakan orang yang meminta uluran
tangannya. Semua diperlakukan sama dan
dihadapi dengan sabar. Hasilnya, di bawah
kepemimpinannya, rakyat bisa hidup senang,
tenteram dan bahagia. Selain itu yang paling
penting, sejak menjadi raja, Nabi Zulkifli makin
bertambah besar ketakwaannya kepada Allah
SWT.
Cobaan Bagi Nabi Zulkifli
Satu malam menjelang Nabi Zulkifli beranjak ke
tempat tidur, pintu kamarnya diketuk seorang
pembantu istana. Menurut pembantunya, seorang
warga datang untuk meminta bantuan Nabi
Zulkifli. Nabi Zulkifli kemudian menemuinya
dengan sikap ramah. Warga itu segera
mengadukan persoalannya sembari menundukkan
wajahnya. Ia mengaku baru dirampok di tengah
perjalanan. Harta bendanya ludes dirampas orang
lain. Nabi Zulkifli mendengarkan penuturannya
dengan penuh kesabaran.
Setelah menyimak apa yang disampaikan warga
itu, Nabi Zulkifli merasa ada yang ganjil. Sebab,
lokasi yang diduga tempat berlangsungnya
peristiwa perampokan sesungguhnya kawasan
yang aman. Apalagi, di wilayah negerinya selama
ini tidak pernah ada tindak kejahatan. Nabi
Zulkifli lantas bertanya siapa sebenarnya tamu
ini. Warga yang mengaku telah dirampok itu
membuka identitas diri bahwa sesungguhnya ia
iblis yang menyerupai manusia. Tujuan
kedatangannya hanya ingin menguji dan
membuktikan kesabaran, kebaikan dan kesalehan
Nabi Zulkifli. Tidak sampai lima menit, iblis itu
pun cepat-cepat menghilang dari hadapan Nabi
Zulkifli.
Lain waktu Nabi Zulkifli mendapat cobaan.
Sekelompok orang yang durhaka kepada Allah
SWT membuat ulah di dalam negerinya. Nabi
Zulkifli memerintahkan pasukan dan rakyatnya
supaya memerangi mereka. Namun, mereka tidak
mau mengikuti perintahnya. Alasannya, mereka
takut mati akibat peperangan itu. Mereka malah
meminta jaminan kepada Nabi Zulkifli agar tidak
tewas meski ikut berperang. Nabi Zulkifli tidak
marah melihat sikap mereka. Ia segera
bermunajat kepada Allah SWT. Akhirnya, dalam
peperangan itu mereka memperoleh kemenangan
dan tidak satu pun dari mereka yang gugur.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar